REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang disampaikan beberapa waktu lalu menyebutkan, ada unsur kelalaian dalam tragedi jatuhnya Air Asia QZ 8501.
Setelah satu tahun musibah nahas tersebut berlalu, pihak keluarga korban mengaku kecewa karena tak banyak yang berubah dalam sistem keselamatan penerbangan di Indonesia.
"Sejak kejadian Air Asia, masih banyak kejadian, pesawat enggak layak, atau krunya (bermasalah). Perbaikan yang kita mau seperti permintaan KNKT, di berbagai hal. Adanya pelatihan, perbaikan sistem mereka," ujar Syieni, salah seorang keluarga korban.
Senin (28/12), Syieni dan ratusan keluarga korban Air Asia menghadiri peringatan satu tahun tragedi Air Asia di Gedung Mahameru, Mapolda Jawa Timur, Surabaya. Dalam pertemuan yang difasilitasi pihak Air Asia itu, hadir Presdir Air Asia Indonesia dan Kepala Badan SAR Nasional.
Menurut Syieni, momentum pertemuan menjadi ruang bagi keluarga untuk menyampaikan aspirasi kepada pihak Air Asia. Salah satu yang masih menyisakan persoalan bagi keluarga, menurut dia, adalah urusan kompensasi.
Syieni menyampaikan, panjangnya prosedur pengurusan yang harus ditempuh membuat sebagian keluarga korban belum menerima dana asuransi. Syieni juga membenarkan, ada sejumlah keluarga yang memenolak dana kompensasi karena sejumlah kekecewaan.
"Kita enggak ngomong uang, kita kecewa dalam hal moral. Kecewa sistem di Indonesia, kecewa dengan temuan KNKT, ternyata bukan faktor cuaca, tapi karena faktor di pesawat yang gak baik, istilahnya keteledoran, yang menjadi salah satu penyebab kecelekaan. Beberapa keluarga ingin menutut lebih, bukan uang tapi tanggung jawabnya," ujar adik dari korban bernama David Gunawan tersebut.