Selasa 29 Dec 2015 09:10 WIB
Terompet Sampul Alquran

'Terompet Alquran, Ada Aktor Intelektual di Balik Pelecehan Terhadap Islam'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
Sandal berlafaz Allah.
Foto: YouTube
Sandal berlafaz Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, ‎JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sodik Mudjahid meminta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus pembuatan dan peredaran terompet yang terbuat dari sampul Alquran. Pengusutan harus dilakukan hingga tuntas menemukan aktor intelektualnya.

Peristiwa ini bukan baru kali ini saja terjadi. Ini telah berulang kali terjadi seperti kasus celana jeans dan kaos bertuliskan ayat Alquran, serta kasus sandal berlafaz Allah yang terjadi beberapa bulan lalu.

Menurut Sodik ketika kasus serupa muncul sekali, maka umat Islam dan masyarakat masih berpikir hal itu akibat kelalaian atau akibat keluguan para  pelaku.

"Tetapi ketika peristiwa ini berulang terus, maka wajar jika kita berpikir ada aktor atau skenario di balik rentetan pelecehan ayat suci dan pelecehan Tuhan tersebut," ujarnya, Selasa (29/12).

Di zaman orde baru, pekerjaan seperti ini sering dilakukan oleh Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) dengan tujuan terus membangun konflik agar masyarakat lemah dan pemerintah makin superior. Hal ini juga bertujuan agar masyarakat tidak sempat berpikir apalagi mengkritisi perilaku pemerintah pada saat itu.

Ketika ditanya apakah hal itu sekarang masih mungkin dilakukan oleh aparat negara semisal BIN, Sodik menjawab bisa ya dan tidak. "Bisa ya karena polanya sama dan tokoh intelijen pemerintah sekarang baik yang formal atau di belakang layar adalah murid langsung dan generasi penerus tokoh intelijen zaman Orba," jelasnya.

Namun bisa juga tidak karena situasi Indonesia sudah berubah sehingga sangat tidak bermanfaat apabila kerja intelijen masih melakukan pola-pola lama. Sodik mengatakan aparat kepolisian untuk mengusut kasus ini.

Tidak hanya sebatas menangkap para produser dan pengedar terompet Alquran seperti kasus sandal berlafadz Allah, tetapi juga mengusut siapa dan dari mana aktor yang secara berkala membuat pekerjaan rumah bagi bangsa dan umat beragama ini.

Masa transisi menuju alam kebebasan dan demokrasi yang sedang dibangun di Indonesia berisiko sering munculnya konflik horizontal di masyarakat, termasuk antarkelompok beragama.

"Jika aktor sesungguhnya yang menyengaja membangun riak-riak konflik ini tidak ditemukan dan dihentikan, maka  akan semakin menyuburkan dan menumbuhkembangkan konflik di masyarakat yang tentu tidak dikehendaki," ujarnya.

Kondisi itu hanya akan menggangu perjalanan bangsa Indonesia ke depan yang sekarang tengah dijalani dengan tertatih-tatih oleh negara dan bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement