Selasa 29 Dec 2015 19:00 WIB

Rantai Distribusi Sembako Dinilai Terlalu Panjang

Rep: C30/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sembako
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sembako

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang hari-hari besar seperti lebaran, natal, dan tahun baru seringkali terjadi lonjakan harga bahan pokok. Hal itu kerap dikeluhkan masyarakat baik pedagang maupun konsumen.

Salah satu di balik lonjakan harga menurut Direktur Eksekutif Institute for Developmen of Ekonomics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati akibat panjangnya rantai distribusi. Sehingga, hasil panen dari tangan petani ke tangan konsumen menjadi sangat mahal.

Misalnya kata dia, untuk konsumsi cabai, dari petani ke pedagang pengepul, kemudian ke distributor, lalu ke pedagang besar, kemudian ke distributor lagi dan terakhir ke pengecer. "Inikan panjang sekali," kata Direktur Indef, Enny Sri Hartati kepada Republika, di Jakarta, Selasa (29/12).

Lanjutnya, kalau saja sarana percepatan rantai tersebut bisa diperkecil langsung ke pedagang dari distributor maka ini yang akan mengurangi biaya bertambah. Sehingga, harga antara produsen dan konsumen menjadi lebih tipis.

Karena menurutnya persoalan fluktuasi ini bukan di pedagang eceran melainkan di pedagang besar. Pedagang eceran ini hanya menerima harga dari pedagang besar dan menerima sedikit keuntungan namun yang paling sering mendapatkan keluhan dari masyarakat. "Pedagang pengecer kan hanya menerima harga, yang menetapkan harga pedagang besar," ujarnya.

Ditambah lagi berdasarkan hasil survei Indef, petani hanya menikmati 40 persen keuntungan dari hasil panennya. Sedangkan 60 persennya adalah miliki para pedagang tengkulak. "Misal harga cabai 1 kg itu Rp 10 ribu, petani hanya mendapatkan Rp 4.000 rupiah saja," jelas Enny.

Sehingga, Enny berharap supaya komisi persaingan benar-benar memonitor hal tersebut. Ini sebagai bentuk antisipasi supaya tidak terjadi persaingan yang tidak sehat dan merugikan masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement