Kamis 31 Dec 2015 10:32 WIB

Salah Tangkap, Profesionalitas Densus 88 dapat Berkurang

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Hazliansyah
Personil Densus 88 Antiteror Mabes Polri  mengawal petugas yang membawa barang bukti usai melakukan penggeledahan di kediaman Tuah Febriwansyah   yang diduga terlibat dalam jaringan ISIS di Setu, Tangerang Selatan, Banten, Ahad (22/3).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Personil Densus 88 Antiteror Mabes Polri mengawal petugas yang membawa barang bukti usai melakukan penggeledahan di kediaman Tuah Febriwansyah yang diduga terlibat dalam jaringan ISIS di Setu, Tangerang Selatan, Banten, Ahad (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Saleh Partaonan Daulay, Ketua Komisi VIII DPR RI menyesalkan kasus salah tangkap oleh Densus 88. Hal tersebut dikatakanya dapat mengurangi tingkat profesionalitas Densus 88 dalam memerangi terorisme di Indonesia. Apalagi, mereka yang salah tangkap juga mengalami tindak kekerasan fisik dan psikis.

''Kemarin ada lagi kasus salah tangkap. Dua orang warga Solo yang hendak ke mesjid ditangkap. Setelah diperiksa, ternyata mereka bukan teroris. Sangat disesalkan ketika ditangkap mereka mengalami tindak kekerasan,'' kata Saleh dalam keterangan persnya, Kamis (31/12).

Menurut Saleh, kasus salah tangkap yang dilakukan densus 88 bukan yang pertama terjadi. Sebelum kasus ini, kata dia, beberapa kali ada kasus serupa.

(baca: Mantan Teroris Berkomitmen Bantu Pemerintah Lawan ISIS)