REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sebuah program yang memberikan lebih dari tiga juta orang Mesir akses gratis ke layanan internet tiba-tiba ditutup, Rabu (30/12). Hal itu diungkapkan Facebook, perusahaan media sosial yang bekerja sama dengan sebuah perusahaan ponsel Mesir.
Alasan tindakan tersebut tidak jelas. Seorang pejabat telekomunikasi Mesir mengatakan, perusahaan ponsel yang memberi layanan gratis Etisalat diberikan izin selama dua bulan untuk layanan Free Basics dan telah berakhir Rabu (30/12).
Seperti diberitakan The New York Times, Rabu (30/12), suspensi ini muncul setelah pemerintahan Presiden Abdel Fattah El-Sisi mengintensifkan upaya mengagalkan setiap protes yang mungkin terjadi 25 Januari nanti. Tanggal itu merupakan peringatan kelima Pemberontakan Arab Spring yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak.
Media sosial telah memainkan peran penting dalam pemberontakan 2011, termasuk Facebook yang digunakan untuk memobilisasi demonstrasi besar-besaran.
Pemerintah melarang protes-protes tanpa izin sejak lebih dari dua tahun lalu. Dalam beberapa hari terakhir, pihak berwenang telah menangkap pembangkang muda antipemerintahan dan menyerbu organisasi budaya yang menjadi tempat kumpul aktivis muda.
Dalam sebuah pernyataan, Facebook mengaku kecewa dengan layanan Free Basics yang tidak tersedia lagi di Mesir.
Program yang dimulai di Mesir pada Oktober itu merupakan bagian dari rencana ambisius Facebook untuk membawa layanan internet kepada miliaran orang di negara-negara berkembang. Dalam pernyataannya, Facebook mengatakan, lebih dari tiga juta orang di Mesir telah terdaftar. Lebih dari satu juta diantaranya sebelumnya tidak terhubung ke internet.
Baca juga:
Terungkap, Fatwa ISIS Terkait Budak Seks
Penembakan San Bernardino, Tetangga Pelaku Jadi Terdakwa