REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer Cina berkonsultasi dengan Presiden Xi Jinping terkait program reformasi keseluruhan, Kamis (31/12).
Xi mengungkapkan garis besar reformasi pada bulan lalu, mencari cara untuk merampingkan struktur komando pasukan bersenjata terbesar di dunia itu, termasuk pemutusan hubungan kerja agar dapat memenangi perang modern. Dia bertekad melakukan modernisasi bersamaan dengan ketika Cina menjadi lebih tegas dalam perselisihan di Laut Cina Selatan dan Timur.
Angkatan laut Cina berinvestasi dalam kapal selam dan kapal induk serta angkatan laut Cina sedang mengembangkan pesawat tempur antiradar. Reformasi yang dimulai pada September dengan pengumuman Xi yang mengatakan akan mengurangi pasukan sebanyak 300 ribu orang telah menuai kontroversi.
Surat kabar kemiliteran telah menerbitkan komentar-komentar peringatan pihak oposisi terhadap reformasi tersebut dan kekhawatiran terkait pemutusan hubungan kerja yang ditulis hampir setiap hari, serta peringatan reformasi dibutuhkan untuk memenangkan pertempuran.
Dalam ulasan panjang di halaman depan, harian Pasukan Pembebasan Rakyat menguraikan langkah-langkah yang diambil untuk mendengarkan opini-opini terkait reformasi yang ada, termasuk keterlibatan Xi.
"Xi pergi ke kantor-kantor dan mengunjungi sejumlah perguruan tinggi, mengunjungi dataran tinggi, perbatasan, duduk di kursi pengemudi dan ruang kendali pesawat, menerima perasaan para tentara terkait reformasi," koran tersebut melaporkan.
Komisi reformasi mengumpulkan opini dari lebih dari 900 orang mantan atau yang masih menjabat dari kalangan aparat senior dan para ahli, mengeluarkan kuesioner dan menerima ribuan saran di dunia maya, ujar laporan tersebut.
Terdapat lebih dari 800 pertemuan terkait reformasi ini dari Maret hingga Oktober tahun ini yang mencakup hampir 700 pangkalan dan unit militer.
Baca juga:
Australia Selatan Terbitkan UU Sexting Remaja
Terungkap, Fatwa ISIS Terkait Budak Seks
Benda Mirip Ponsel Berumur 800 Tahun Ditemukan di Austria