Jumat 01 Jan 2016 16:19 WIB

Kisah Sagu Papua

Red: Citra Listya Rini
Kapurung biasanya disantap dengan sagu atau sinonggi, yang mirip dengan sagu Papua atau papeda.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kapurung biasanya disantap dengan sagu atau sinonggi, yang mirip dengan sagu Papua atau papeda.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIS  -- Sagu merupakan satu dari empat jenis pohon yang tergambar dalam relief Palma Kehidupan di Candi Borobudur selain lontar, aren dan nyiur menurut ahli bioteknologi dan agroteknologi Nadirman Haska. Menurut penelitiannya, sagu termasuk salah satu pohon asli Indonesia.

"Padi, jagung, singkong dan gandum, itu adalah bukan dari Indonesia, tapi dari berbagai negara pendatang. Seperti padi dari India, singkong dari Amerika dan sebagainya, hanya pohon sagu-lah yang asli Indonesia," katanya.

Relief Candi Borobudur memperkuat pendapatnya bahwa sagu sudah dikenal sejak masa kerajaan Buddha berkembang di Bumi Nusantara.

Sebelum mengenal padi, ia menuturkan, masyarakat dan raja-raja zaman kerajaan Buddha menjadikan sagu sebagai makanan pokok.

"Orang Jawa jika menyebut nasi adalah sego itu adalah sagu pada mulanya. Kemudian orang Sunda menyebut nasi sebagai sangu, itu juga awal dari sagu. Hal itu menjelaskan bahwa di tanah Jawa pun dulu juga konsumsi sagu," kata Nadirman, yang juga menjadi tenaga ahli di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Para ilmuwan menyatakan sagu bisa menjadi solusi mengatasai masalah ketahanan pangan pada akhir abad ke-21 karena turunnya masih memiliki kandungan karbohidrat yang sama, tidak banyak mengandung glukosa seperti beras, dan pembudidayaannya tidak membutuhkan lahan luas seperti padi.

"Saingan sagu hanya tapioka, tapi tapioka tidak banyak menghasilkan turunan dan kadar patinya berbeda," kata Nadirman.

Ia mengatakan Indonesia adalah penghasil sagu terbesar di dunia namun saat ini negara yang paling serius mengembangkan sagu justru Jepang.

Jepang, ia menuturkan, serius mengembangkan sagu bukan semata karena potensi karbohidratnya namun juga karena kisah heroik di balik manfaat sagu.

Ilmuan Jepang, menurut dia, pernah mengungkapkan kisah tentang prajurit Jepang yang bisa bertahan hidup dan sehat selama 35 tahun di pedalaman belantara Halmahera karena makan sagu yang tumbuh alami di sana.

"Berdasarkan kisah dan temuan fakta dari prajurit Jepang tersebut, maka diam-diam ilmuan Jepang mulai mengembangkan salah satu tanaman asli Indonesia ini, sagu. Hal tersebut saya dapat dari Prof Nagato, ilmuan Jepang," ungkapnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement