REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Amerika Serikat telah menyatakan keprihatinan bahwa eksekusi Arab Saudi terhadap tokoh ulama Syiah Sheikh Nimr al-Nimr akan memperburuk persaingan sektarian di Timur Tengah. Departemen Luar Negeri AS mendesak para pemimpin di seluruh wilayah untuk melipatgandakan upaya guna menurunkan ketegangan.
(Baca: Saudi Eksekusi 47 Orang dan Seorang Ulama Syiah)
Seperti diberitakan laman BBC News Sabtu (2/1), dalam sebuah pernyataan, juru bicara negara bagian AS John Kirby, meminta pemerintah Arab Saudi untuk menghormati dan melindungi hak asasi manusia. Juga memastikan proses peradilan yang adil dan transparan.
Kirby juga mendesak pemerintah Saudi untuk mengizinkan perbedaan pendapat dengan damai dan bersama dengan pemimpin lain di kawasan itu. Hal ini perlu dilakukan untuk melipatganakan upaya mengurangi ketegangan regional.
Eksekusi Sheikh Nimr memicu kemarahan dan protes masyarakat Syiah di seluruh wilayah dengan protes di Provinsi Timur Arab, Iran, Bahrain dan beberapa negara lainnya.
Di Teheran, demonstran Iran yang marah menyerbu kedutaan Saudi, menghancurkan furnitur dan menyalakan api untuk membakar kantor kedubes. Beruntung polisi setempat segera membubarkan massa. Saksi mata melihat, anggota kelompok relawan paramiliter melemparka bom bensin di gedung.
(Baca: Irak Serukan Pemutusan Hubungan pasca-Eksekusi Ulama Syiah)
Sebelumnya, reaksi diplomatik dari Syiah yang dipimpin Iran, saingan Arab Saudi telah sengit. Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, Saudi akan membayar harga tinggi untuk aksinya. Ia juga memanggil kuasa Saudi di Teheran sebagai protes.
Sementara Arab Saudi mengeluh kepada utusan Iran di Riyadh tentang gangguan terang-terangan dalam urusan internal.