Ahad 03 Jan 2016 16:16 WIB

Vietnam dan Cina Berselisih Soal Pendaratan Pesawat

Warga Vietnam memprotes klaim Cina atas kepulauan Spartly dan Paracel (ilustrasi)
Foto: AFP
Warga Vietnam memprotes klaim Cina atas kepulauan Spartly dan Paracel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam menuding Cina melanggar kedaulatan wilayahnya dengan mendaratkan pesawat di sebuah pulau buatan yang dibangun di wilayah sengketa Laut Cina Selatan. Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan lapangan terbang itu dibangun secara ilegal di perairan Kepulauan Spratly yang tercakup dalam wilayah Vietnam.

Atas dasar itu, seperti dilaporkan kantor berita Reuters, Sabtu (2/1), Kementerian Luar Negeri Vietnam telah menyerahkan nota protes kepada Kedutaan Besar Cina di Vietnam dan meminta Cina tidak mengulangi tindakannya. Pendaratan pesawat tersebut, menurut Vietnam merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan Vietnam di Kepulauan Spratly.

Di sisi lain, pemerintah Cina menegaskan bahwa kawasan Kepulauan Spratly ialah kepunyaan Cina sehingga pendaratan pesawat di wilayah tersebut tidak melanggar kedaulatan negara manapun.

“Cina punya kedaulatan yang tidak terbantahkan di Kepulauan Nansha dan perairan di sekitarnya. Cina tidak akan menerima tuduhan tidak berdasar dari pihak Vietnam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, seraya merujuk Kepulauan Spratly dalam versi pemerintah Cina.

Soal pendaratan pesawat, Hua mengatakan tindakan itu merupakan uji coba untuk mengetahui apakah fasilitas lapangan terbang yang dibangun di Kepulauan Spratly telah memenuhi standar penerbangan sipil.

Sejumlah kawasan di Laut Cina Selatan menjadi sengketa antara beberapa negara, termasuk Cina, Filipina, dan Vietnam. Namun, beberapa tahun terakhir, Cina memperkuat klaimnya dengan mereklamasi pulau-pulau.

Negara-negara lainnya, seperti Vietnam dan Filipina, tidak menerima langkah tersebut dan menengarai bahwa Cina tengah melengkapi pulau-pulau yang direklamasi dengan berbagai fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan militer.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement