REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY memasang jaring sepanjang pemecah ombak untuk mengatasi sedimentasi pasir Pelabuhan Tanjung Adikarto.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo Astungkoro di Kulon Progo, Ahad, mengatakan saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan pengerukan alur pelayaran, namun tetap terjadi sedimentasi pasir yang disebabkan angin tenggara dari laut selatan.
"Solusinya, pemikiran pembuatan GT tambahan atau desain dulu seperti saat kunjungan Gubernur DIY ke Korea Selatan, yakni ada jaringan pengangkat pasir untuk mengatasi sedimentasi pasir. Ini baru studi," kata Astungkoro.
Menurut dia, persoalan Pelabuhan Tanjung Adikarto adalah keberanian nelayan masuk melalui celah alur pelayanan ke kolam pelabuhan.
"Persoalanya kembali ke nelayan yakni keberanian masuk di celah pintu pemecah alur. Setelah adanya pengerukan alur, pasir masuk lagi. Informasi dari nelayan, ada sedimentasi pasir yang tinggi," katanya.
Terkait perlunya pemasangan tiang pemancang di Pelabuhan Tanjung Adikarto, menurut dia tidak diperlukan. Disana sudah ada tretapot yang beratnya 11 ton. Selain itu, masih menjadi pemikiran dari Dinas Kelautan dan Perikana (DKP) DIY adanya perbaikan tetrapot.
Ia berharap pelabuhan segera dioperasikan dalam waktu dekat. Sampai saat ini, anggaran untuk membangun pelabuhan dan infrastruktur penunjang lain mencapai ratusan miliar rupiah. Nilai investasi yang sangat besar untuk pembangunan pelabuhan ini.
"Kalau pelabuhan sudah beroperasi akan menimbulkan dampak ekonomi besar bagi masyarakat, mulai dari penangkapan ikan sampai industri perikanan," katanya.