REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rhoma Irama menegaskan ikhtiarnya untuk tidak akan meninggalkan musim dangdut. Meski kini aktif di dunia politik bersama Partai Idaman namun Rhoma akan tetap setia kepada musik.
''Sebagai seorang pemimpin negara bukan berarti tidak boleh bermusik,'' kata pria bernama asli Raden Haji Oma Irama kepada Republika.co.id.
Pria berjuluk Raja Dangdut ini menegaskan musik dapat menjadi nilai tambah bagi seorang pemimpin negara. Dia mengatakan, sebagai pemimpin, musik memberi sinergi bagi aktifitas dan sikap dari negarawan.
''Inilah yang membuat saya enggan untuk meninggalkan musik dangdut,'' ujarnya.
Selama menjalani karier politikmya, Rhoma memang tidak pernah meninggalkan musik yang telah membesarkan namanya. Beberapa partai besar pernah disinggahinya. Seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan terakhir Partai Bulan Bintang (PBB) sebelum akhirnya mendirikan partai sendiri, Partai Idaman.
Bagi pria kelahiran Tasikmalaya ini, musik menjadi medium sangat efektif untuk meyampaikan visi dan misinya. Musik dianggapnya lebih jitu untuk memengaruhi sikap masyarakat dibanding hanya dengan orasi.
Bahkan, lagu-lagu sarat pesan moral sudah diciptakan sosok yang akrab disapa Bang Haji ini dalam karir musiknya. Misalnya, tema soal korupsi, sudah diciptakan sekitar tahun 1982 dengan lagu berjudul ‘Indonesia.’ Bahkan, dalam lagu ‘Hak Asasi’ yang diciptakan tahun 1977, Rhoma sudah memberi peringatan agar menghormati hak asasi manusia.
''Ini senjata saya, musik ini, bukan harus ditinggalkan, salah kalau ditinggalkan,'' tegas dia.