Senin 04 Jan 2016 21:13 WIB

CAIR Ungkap Penyebab Tingginya Angka Perusakan Masjid

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Muslim Amerika
Foto: fiqhislam
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CAIR, organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika pekan lalu merilis laporan angka-angka insiden yang menargetkan masjid Amerika dan lembaga-lembaga keagamaan pada 2015. Jumlah insiden yang menargetkan masjid di AS tercatat mengalami peningkatan paling tinggi tahun ini, sepanjang data yang pernah terekam.

Dilansir dari situs resmi CAIR, medio terakhir 2015 mencatatkan peningkatan paling signifikan. Dari total 71 insiden pada 2015, 29 di antaranya terjadi pascaserangan 13 November di Paris. Dari jumlah itu, 15 insiden terjadi sebelum penembakan San Bernardino, sedangkan 14 lainnya terjadi setelah serangan.

Tahun 2015 menyumbang angka tertinggi, baik dalam kategori DDV (damage, destruction, vandalism) atau intimidasi. Lonjakan paling signifikan terjadi pada November dengan total insiden sebanyak 15 kali.

Laporan itu menganalisis, penyebab tingginya angka perusakan masjid tidak hanya lantaran pecahnya aksi terorisme, tetapi juga karena Islam menjadi isu sentral dalam kampanye presiden pada November 2015.

"Siklus yang sama teramati pada 2010 ketika kontroversi atas Park 51 Islamic Cultural Center menjadi isu kampanye pemilu," tulis CAIR. (Baca: Dampak Buruk Retorika Anti-Muslim Trump)

Pada 2014, insiden yang menargetkan masjid tercatat 20 kasus, 2013 sebanyak 23 kasus, sedangkan 2012 sebanyak 29 kasus. Angka rata-rata tiap tahun tak jauh-jauh dari 20 insiden. Seolah siklus berpola, angka kembali tinggi pada 2010 ketika negara itu menggelar kampanye pemilihan presiden.

"Ini menguatkan argumen bahwa tingkat sentimen anti-Muslim mengikuti tren dalam politik domestik AS, bukan aksi terorisme internasional," tulis CAIR dalam laporan tersebut. Tentu saja angka yang tercatat ini sangat mungkin lebih kecil dari angka sebenarnya. Banyak tokoh setempat tidak melaporkan insiden, baik kepada CAIR maupun penegak hukum.

CAIR membagi tindakan Islamofobia terhadap masjid dalam beberapa kategori, yaitu DDV (damage-destruction-vandalism), pelecehan, intimidasi, dan zonasi.  DDV adalah insiden yang melibatkan kerusakan properti. Pelecehan adalah demonstrasi yang melibatkan penghinaan Islamofobia.

Intimidasi adalah ancaman kekerasan, sedangkan zonasi berupa oposisi dari kelompok lain terkait lahan. Dari keempat kategori itu, sebanyak 29 kasus terkategori DDV, 8 pelecehan, 29 intimidasi, dan 5 kasus zonasi.

Tindakan perusakan atau intimidasi yang dilakukan beragam. Desember ini saja misalnya, sebuah kepala babi ditinggalkan di luar al-Aqsa Islamic Society, Philadelphia. Islamic Center Palm Beach di Florida dirusak, jendela dipecahkan, sementara ruang shalat koyak moyak.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement