Selasa 05 Jan 2016 08:23 WIB

Komnas HAM: Investigasi Kasus Menari di Atas Sajadah!

Rep: c35/ Red: Bilal Ramadhan
Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution (kiri) menyampaikan pemaparannya saat berdiskusi dengan tema Intoleransi di Tolikara yang diadakan di Jakarta, Jumat (11/9).    (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Faris
Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution (kiri) menyampaikan pemaparannya saat berdiskusi dengan tema Intoleransi di Tolikara yang diadakan di Jakarta, Jumat (11/9). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution mencurigai insiden menari dengan alas sajadah bukan suatu hal kebetulan. Menurutnya, ada baiknya Menteri Agama, sebagai organisasi vertikal, menginvestigasi kasus tersebut.

"Sebaiknya Menag menginvestigasi kasus tersebut, lalu menjelaskan secara terbuka kepada publik, apakah tidak ada karpet lain atau tikar di Kanwil Kemenag DKI Jakarta? kenapa harus karpet shalat yang jelas- jelas visualnya untuk ibadah? apakah ini benar faktor kebetulan?," katanya, melalui siaran pers pada Selasa (5/1).

(Baca: Adanya Tarian di Atas Sajadah, Ini Permintaan Maaf Panitia Kakanwil Kemenag)

Sebelumnya Kakanwil Kemenag DKI Abdurrahman meminta maaf kepada publik atas insiden menari dengan alas sajadah. Dia menjelaskan bahwa kejadian itu diluar kesengajaan, tidak ada maksud untuk menjadikan sejadah alas untuk menari.

Abdurrahman mengakui, acara itu dilakukan pada 3 Januari menyambut HUT Kemenag ke-70. Dia berjanji, mudah-mudahan kasus ini pertama dan untuk terakhir (4/1). Argumen faktor kebetulan seperti disampaikan pihak Kanwil Kemenag DKI Jakarta itu, kata Maneger, agaknya sulit diterima nalar sehat publik, apalagi pada acara sekaliber HUT di Kemenag DKI Jakarta.

Sekali lagi, dia menekankan agar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebaiknya menjelaskan secara terbuka ke publik. Hal itu mengingat banyak sekali faktor kebetulan sepanjang 2015 dan awal 2016, di antaranya Alquran dinyanyikan dengan langgam Jawa di Istana Presiden, adzan mengiringi lagu gereja dalam Acara Natal Nasional 2015 yang dihadiri Presiden Jokowi dan Menag Lukman, Alquran dibuat untuk bahan terompet Tahun Baru, dan kali ini, sajadah shalat dijadikan alas menari.

"Masihkah faktor kebetulan dapat diterima nalar sehat publik?," katanya menegaskan.

Maneger menyakini Menteri Agama dan Kakanwil Kemenag DKI Jakarta tentu paham betul bahwa salah satu substansi HAM yang paling elementer itu adalah respek, yaitu menyelami dan menghormati perasaan serta simbol-simbol keyakinan dan identitas kultural publik. Bangsa ini, menurut di sudahmulai defisit respek tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement