REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, melanjutkan kampanye anti-Muslim di New Hampshire. Trump mengajak warga Amerika memahami melalui iklan kampanye di beberapa perusahaan channel TV nasional bahwa larangan anti-Muslim sudah tepat.
Pada pembukaan kampanye pada awal 2016, Trump berencana menghabiskan dana 2 juta dolar AS untuk iklan kampanye di beberapa TV Amerika yang mulai tayang, Selasa (5/1). Namun, konten iklan kampanye Trump ini menggunakan peristiwa yang melahirkan kebencian terhadap Islam guna mendapatkan simpati pendukungnya.
Iklan kampanye terbaru Trump menggunakan insiden penembakan San Bernardino yang pelakunya adalah Muslim. Selain itu, konten iklan ini juga menggunakan cuplikan ribuan imigran yang menyeberangi perbatasan.
"Para politikus bisa berpura-pura tidak peduli. Tapi, Donald Trump mengingatkan ancaman teror Islam radikal ini. Itu sebabnya dia menyerukan larangan Muslim memasuki AS sampai kita mengetahui apa yang sebenarnya terjadi," ujar narator dalam iklan tersebut.
Iklan tersebut di-posting secara perdana dalam situs kampanye Trump, Senin. Manajer kampanye Trump, Corey Lewandowski, mengatakan, Trump ingin fokus pada masalah yang menjadi pusat dari kampanye, imigran ilegal, dan dampaknya terhadap AS.
"Kami tidak membuat kampanye khusus," katanya dilansir dari Associated Press.
"Semua ini adalah masalah yang telah menjadi perhatian Trump sejak awal perdebatan kampanyenya," kata dia. Namun, pengamat yang melakukan jajak pendapat di Partai Republik, Frank Luntz, menilai iklan baru Trump pada 2016 tersebut hanya akan membantu sedikit pemilih dari Partai Republik.
"Ini mungkin tidak untuk posisi mayoritas pemilih di AS," kata Luntz terkait iklan kampanye larangan Muslim tersebut. Bahkan, ia yakin, Trump dengan iklannya ini tidak akan menarik suara mayoritas pemilih Partai Republik, tapi hanya sebatas popularitas.