Selasa 05 Jan 2016 10:24 WIB

Penurunan Bunga KUR Diapresiasi

Red: Esthi Maharani
KUR
KUR

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat ekonomi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Thomas Ola Langoday mengapresiasi pemerintah yang menurunkan suku bunga pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) pada 2016.

"Kebijakan kredit usaha rakyat (KUR) yang berbunga sembilan persen per tahun dari sebelumnya mencapai 12 persen itu harus diapresiasi bahkan diberi dukungan penuh karena karena dampaknya akan menghidupkan usaha kecil dan mikro dengan target penyaluran mencapai Rp120 triliun," katanya, Selasa (5/2).

Tugas pelaku bisnis dan masyarakat terutama regulator menurut dia, adalah mengawal dan mengawasi secara ketat program tersebut agar tidak terjadi penyalahgunaan fasilitas.  Menurut Thomas Langoday, selain penyaluran KUR diawasi regulator, terutama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah pusat dan daerah ikut melakukan pendampingan.

"Bank-bank yang melakukan KUR juga semestinya concern terhadap pendampingan. OJK juga memperluas jumlah bank yang boleh menyalurkan KUR agar program berjalan lebih luas dan merata," katanya.

Dalam konteks lokal, Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang itu mengatakan Bank NTT dan Bank Kalimantan Barat sebagai dua dari 26 BPD di Indonesia mulai tahun 2016 ditetapkan menjadi bank penyalur kredit usaha rakyat (KUR) produktif untuk usaha mikro dan kecil.

"Ini langkah maju yang harus diberi apreasiasi karena dari 26 BPD di Indonesia, hanya dua yang ditetapkan pemerintah sebagai penyalur KUR yakni Bank NTT dan Bank Kalimantan Barat," katanya.

Bahkan, Bank NTT ditargetkan penyaluran KUR tahun 2016 ini sebesar Rp127 miliar dengan jenis KUR yang disalurkan Bank NTT yakni mikro dan ritel.

"Untuk KUR dengan jenis mikro, pagunya sampai Rp25 juta dan KUR jenis ritel pagu dananya sampai dengan Rp500 juta dengan bunga KUR yang akan diturunkan dari 12 persen menjadi sembilan persen," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement