REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Haedar Nasir menilai ada upaya menciptakan umat Islam Indonesia mengalami situasi antagonistik atau selalu bersikap kasar. Hal itu terlihat dari terus terjadinya pelecehan simbol agama Islam di berbagai modus yang ada.
"Ada pihak atau otak intelektual yang boleh jadi beetujuan terselubung untuk menciptakan sitiasi antagonistik," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (5/1). Situasi antagonistik tersebut, antara lain pihak tertentu berhatap gesekan antar sebagian elemen umat Islam maupun agama lain.
Situasi antagonistik umat Islam ini, mudah terpancing dari kesenjangan sosial yang bisa memberi ruang pada konflik kelas. penyebab lain, proses kebebasan dari sisi ekonomi, politk dan budaya yang memberi celah banyak hal, termasuk menjadikan sebagai media pemicu.
Selain itu menurut Haedar, beberapa hal yang patut dikaji dari semua modus pelecehan simbol Islam di Indonesia. Pertama bisa jadi pelaku atau beberapa orang tidak paham mana simbol penting atau suci yg tidak boleh dilecehkan dan diperlakukan sembarangan.
Kedua trend bisnis yg ingin mengeruk keuntungan dg cara menjual simbol Islam. "Bisa jadi ada kemungkinan pihak tertentu memancing emosi umat Islam sehingga lahir tindakan reaksi yang berbalik merugikan Islam, padahal justru Islam yg jadi bahan pelecehan," ujarnya.
Kasus sandal berlafadz Allah, plat cetakan Al Qur'an untuk panggangan kue, celana ketat wanita berlafadzkan surah Al Ikhlas. Dan yang terbaru sampul Al Qur'an yang digunakan untuk terompet tahun baru dan sajadah/karpet shalat sebagai alas tarian di acara Kemenag DKI.
Walaupun pada Kemenag DKI Jakarta telah meminta maaf atas insiden itu, dan diluar kesengajaan. Namun menurut Haedar hal ini bisa saja menimbulkan banyak asumsi di masyarakat. Muhammadiyah berharap aparat dapat serius dan bertindak sigap, mengusut siapa dibalik ini semua agar hadir rasa keadilan di masyarakat.
Baca juga: PUI Minta Aparat Tegas Usut Semua Penistaan Simbol Islam