REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- PBB telah meluncurkan misi pencarian fakta atas dugaan kasus baru pelecehan seksual yang dilakukan pasukan penjaga perdamaian. Laporan investigasi sebelumnya menyebut, pasukan penjaga perdamaian PBB melakukan pelecehan tersebut pada empat gadis di bawah umur di Bangui, Republik Afrika Tengah.
Seperti dilansir Aljazirah, Rabu (6/1), misi PBB di Afrika Tengah yang dikenal dengan MINUSCA mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (5/1), mereka menyelidiki tuduhan mengenai eksploitasi dan pelecehan seksual serta pelanggaran lain oleh penjaga perdamaian PBB di Bangui.
Tuduhan terbaru di Republik Afrika Tengah ini pun mendorong diskusi lebih dalam untuk pembentukan polisi pasukan khusus demi membantu patroli di kamp dan daerah yang berisiko tinggi.
Kepala misi Parfait Onanga-Anyanga menekankan perlunya patroli di kamp-kamp tersebut yang bekerja sama dengan pasukan keamanan lokal. "Tak ada tempat bagi penjaga perdamaian PBB yang mengkhianati kepercayaan rakyat kami di sini yang ingin kita bantu," ujar Onanga-Anyanga.
Juru bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric mengatakan, keempat korban pelecehan kini telah mendapat perawatan medis dan psikososial. Tapi mereka belum dapat memberi tahu kapan peristiwa berlangsung atau berapa banyak pasukan penjaga perdamaian yang terlibat kasus tersebut.
Sementara itu, sejalan dengan kebijakan PBB, Dujarric tak meyebutkan nama negara di mana penjaganya terlibat kasus ini. Ia menambahkan bahwa PBB telah meminta negara-negara anggota untuk segera memulai penyelidikan mereka sendiri dan bertanggung jawab atas kasus tersebut.
Tuduhan terbaru ini mengikuti serangkaian pelecehan seksual yang melibatkan pasukan penjaga perdamaian PBB di Republik Afrika tengah pada 2015. Pada Desember misalnya, panel independen dengan tajam mengkritik respon PBB atas kasus pelecehan di dekat bandara Bangui antara Desember 2013 dan Juni 2014.