REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Sejak diangkat menjadi Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumberdaya Kabinet Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, Rizal Ramli kerap mengeluarkan pernyataan yang mengiritik sesama koleganya di kabinet. Kegaduhan pun muncul akibat pernyataan Rizal tersebut.
Rizal pernah mengatakan, kalaupun yang dia lakukan menimbulkan kegaduhan, maka sejatinya itu adalah gaduh putih layaknya gaduh yang dibikin petani untuk mengusir tikus di sawah.
“Dalam komunikasi, tidak mengenal istilah gaduh putih atau hitam, hingga yang disampaikan oleh Rizal tidak sehat. Sebaiknya dia memperbaiki gaya komunikasinya,” kata pengamat komunikasi dari Universitas Islam Jakarta M Sholeh di Jakarta, Rabu (6/1).
Sebagai mantan aktivis dan profesional yang berpengalaman, Sholeh melanjutkan, Rizal Ramli seharusnya mempunyai etika. Etika semacam itu adalah hal yang dibutuhkan untuk komunikasi pemerintahan yang sehat.
“Apalagi, saat ini dia telah masuk dalam lingkaran kekuasaan jadi sebaiknya komunikasi lebih elegan,” ujar Sholeh.
Sholeh melanjutkan, gaya komunikasi yang dipertunjukkan Rizal Ramli berpotensi merusak komunikasi kabinet yang telah dibangun Jokowi-JK selama ini. Menurutnya, apabila Rizal Ramli ingin memberi masukan atau kritik terhadap kebijakan apa pun, maka hendaknya disampaikan melalui forum resmi, seperti rapat-rapat kabinet.
Kebiasaan Rizal Ramli mengklaim keberhasilan, kata Sholeh, juga tidak sebanding dengan senioritasnya. Sebab, biasanya orang yang getol melakukan klaim hanyalah pemula. Misalnya klaim Rizal Ramli soal revaluasi aset pemerintah dan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Padahal, ide dan gagasan yang diklaim tersebut merupakan ide yang sudah lama bergulir.
“Ini kan dibuat seolah-olah dia yang paling pertama mengusulkannya, padahal itu sudah lama bergulir,” kata Sholeh.