REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP –- Curah hujan yang relatif masih di bawah normal kondisi musim penghujan hingga Januari 2015, dikhawatirkan akan dapat mempengaruhi produktivitas pangan di Jawa Tengah. Termasuk di antara di wilayah Kabupaten Cilacap, yang menjadi salah satu daerah lumbung beras di Jateng selatan.
''Menghadapi kondisi musim yang masih tidak menentu ini, kami minta petani menanam jenis padi genjah. Yakni, padi yang berumur pendek dan tahan terhadap kondisi kekurangan air,'' jelas Koordinator Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Cilacap, Surur Hidayat, Rabu (6/1).
Dia menyebutkan, hingga Januari 2016 ini, curah hujan di wilayah Cilacap dan Jateng selatan bagian barat pada umumnya masih belum normal untuk kondisi penghujan. ''Curah hujan normal pada musim penghujan mestinya mencapai di atas 300-400 mm/Hg. Namun kenyataannya, hingga Januari 2015 ini masih jauh di bawah angka itu,'' jelasnya.
Menurutnya, ada kemungkinan curah hujan di wilayah Jateng selatan memang mengalami peningkatan pada Bulan Januari 2015 ini, setelah selama setengah bulan pada akhir Desember hujan tidak mengguyur wilayah ini. Namun dia juga mengingatkan, musim penghujan tersebut akan berlangsung pendek karena pada bulan Maret 2016 kemungkinan sudah memasuki musim pancaroba menuju musim kemarau.
''Ini yang perlu diantisipasi petani. Karena itu, kita menganjurkan agar petani yang belum memulai musim tanam pada Desember 2015 lalu, agar menanam benih padi genjah. Yakni yang berumur pendek dan tahan kekeringan,'' katanya.
Di beberapa daerah yang beririgasi teknis, kata Surur, petani sudah ada yang akan memasuki panen pada Januari 2015 ini. Antara lain seperti petani di wilayah Maos dan Sampang yang mendapat pasokan air dari Bendung Gerak Serayu. Namun untuk petani di daerah lainnya, kebanyakan baru memulai musim tanam pada pertengahan dan akhir Desember.
''Bahkan karena curah hujan yang tidak terlalu banyak, petani di wilayah Cilacap barat terpaksa mundur dalam memulai musim tanam,'' katanya.
Surur menyebutkan, beberapa varietas yang direkomendasikan untuk ditanam pada Musim Tanam I tahun 2015-2016 ini, antara lain varietas Ciherang, Mekongga, Situ Bagendit, dan beberapa seri varietas Inpari. 'Kami tidak merekomendasikan benih jenis hibrida pada musim tanam kali ini karea jenis hidrida rawan penyakit akibat suhu dan kelembaban udara yang tinggi,'' jelasnya.
Penyakit yang biasanya muncul pada kondisi kelembaban udara tinggi ini, antara lain penyakit Hawar daun, blast dan patah batang leher. ''Jenis hibrida juga rawan terhadap serangan hama wereng,'' katanya.