REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) telah melakukan uji nuklir, yakni bom hidrogen beberapa waktu lalu. Senjata ini dianggap lebih kuat dibandingkan senjata atom pada umumnya.
Seperti dikutip laman BBC pada Kamis (7/1), Survei Geologi di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan perihal gelombang seismik yang dihasilkan bom hidrogen Korut. "Gelombang seismiknya setara dengan gempa 5,1 Skala Richter (SR)," ungkap penyurvei AS tersebut.
Sementara itu, analis di Comprehensive Test Ban Treaty Organization (CTBTO) juga telah melakukan penelitian. Lembaga ini mengatakan, gelombang seismik bom Korut itu setara dengan 4,9 SR.
Ledakan yang dihasilkan bom hidrogen ini juga berkaitan erat dengan kedalaman tanah pengujian bom tersebut. Ahli Nuklir dan Pertahanan di Rand Corporation, Bruce Bennet menerangkan ihwal daya ledak yang mampu dihasilkan bom hidrogen. Menurut dia, perkiraan awal daya ledaknya kisaran antara 10 hingga 15 kiloton.
Bruce Bennett berpendapat, ledakannya memang sedikit lebih besar dari uji nuklir yang sempat dilakukan Korut pada 2013 lalu. Namun, beberapa laporan mengatakan daya ledakannya malah lebih kecil.
Korea Utara telah menguji nuklirnya sebanyak empat kali semenjak 2006. Pada 2006 dan 2009 diperkirakan Korut menggunakan perangkat fisi plutonium. Sementara uji pada 2013 dianggap memakai sebuah perangkat uranium yang diperkaya. Selanjutnya adalah uji bom hidrogen yang dilakukan Korut pada 2016 ini.
Baca juga: Uji Nuklir Korea Utara Tuai Kecaman Dunia