REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyayangkan Indonesia yang masih mengimpor kaleng untuk produk minuman bersoda seperti Coca Cola. Padahal, menurutnya, bahan baku pembuatan kaleng Coca Cola dimiliki oleh negeri ini.
"Sangat menyedihkan sebetulnya, kita punya feronikel tapi impor stainless steel, yang berarti juga kaleng coca cola saja kita masih impor. Ini sangat disayangkan padahal kita punya bahan bakunya," kata Rini usai membentuk Komite Konsolidasi BUMN Pertambangan, Jumat (8/1).
Rini membentuk induk perusahaan atau holding BUMN yang bergerak di sektor pertambangan. Ia berharap, nantinya dengan dibentuk holding bahan baku bisa diproduksi menjadi produk akhir. Salah satunya adalah produksi feronikel menjadi stainless steel sebagai bahan baku kaleng minuman. Selain itu, bahan baku Bauksit oleh PT Antam bisa diolah oleh PT Inalum menjadi grade alumina dan produk akhirnya berupa aluminium.
"Saya juga berharap kita bisa memproses akhir timah. Sekarang seringkali banyak processing timah ada di negara ASEAN lain, yang tidak seharusnya itu terjadi. Seharusnya ada di kita karena kita pemilik bahan baku timah terbesar di dunia," katanya.
Rencananya, holding BUMN Pertambangan akan mulai berjalan pada 2018 mendatang. Dalam pembicaraan awal ini, BUMN yang akan digabung di bawah satu induk usaha adalah PT Aneka Tambang (persero) Tbk, PT Bukit Asam (persero) Tbk, PT Timah (persero), dan PT Indonesia Asahan Aluminium (persero).
Rini menyebutkan, ide awal pembentukan holding atas BUMB pertambangan ini untuk menyamakan satu persepsi pemikiran dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan pertambangan. Targetnya pun tak tanggung-tanggung, holding BUMN Pertambangan nantinya diharapkan menjadi pemain besar skala global di sektor pertambangan.
Baca juga: Target Menteri BUMN untuk Holding BUMN Pertambangan