Jumat 08 Jan 2016 18:28 WIB

Kemudahan Berbisnis RI Ditargetkan Dua Digit pada 2016

Kepala BKPM Franky Sibarani.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Kepala BKPM Franky Sibarani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan peringkat Indonesia dalam survei Bank Dunia "Ease of Doing Business" (EoDB) naik menjadi dua digit pada 2016.

Dalam laporan yang dirilis Grup Bank Dunia Oktober 2015, posisi Indonesia naik menjadi peringkat 109 dari sebelumnya di ranking 120 dari 189 negara yang disurvei. "Ease of Doing Business untuk 2016 targetnya 'double digit', memang lebih ekstrem kenaikannya sehingga berpengaruh terhadap iklim investasi di Indonesia," kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam jumpa pers "Proyeksi Investasi 2016", di Jakarta, Jumat (8/1).

Penciptaan iklim investasi yang mengundang itu, menurut Franky, merupakan salah satu upaya BKPM dalam mengejar target investasi 2016 sebesar Rp 594,8 triliun. Ia menuturkan, pihaknya juga tengah berupaya menyelesaikan Panduan Investasi sebagai landasan hukum kepastian berusaha di Indonesia pada April mendatang. "Kami harap akhir Maret atau awal April (Panduan Investasi) ini sudah bisa selesai," katanya.

Lebih lanjut, Franky menyampaikan akan memberikan 19 catatan kepada 18 kementerian dan dua pemerintah daerah untuk perbaikan kemudahan berbisnis. Upaya itu, menurut dia, perlu dilakukan sebagai upaya memperbaiki posisi Indonesia dalam EoDB.

"Minggu depan atau paling lambat akhir bulan ini kami akan lakukan koordinasi untuk memperbaiki peringkat EoDB kita. Ada 19 catatan yang akan disampaikan kepada 18 kementerian dan dua pemerintah daerah," ujarnya.

Sebelumnya, peringkat Indonesia dalam survei kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) yang dirilis Grup Bank Dunia pada akhir Oktober 2015 naik dari ranking 120 menjadi 109 dari 189 negara yang disurvei. Peringkat Indonesia naik 11 peringkat dalam survei yang diambil sepanjang 2 Juni 2014-1 Juni 2015 di dua lokasi yaitu DKI Jakarta dan Surabaya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement