REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Eksekutif Indonesia Intelegence Institute, Ridlwan Habib, menilai jajaran di Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) memang sudah memiliki kemampuan untuk membuat aplikasi. Pengunaan algoritma-algoritma lokal dinilai bakal menyulitkan pihak lawan untuk meretas dan melakukan penyadapan terhadap informasi-informasi penting negara.
Ridlwan menyebut, rencana kebijakan Kepala Lembaga Sandi Negara, Djoko Setiadi, untuk menganjurkan pejabat-pejabat negara menggunakan aplikasi lokal buatan dalam negeri patut didukung. Ridlwan pun yakin dengan kemampuan di jajaran Lemsaneg dan kemampuan SDM yang dimiliki Indonesia dalam pembuatan aplikasi lokal.
''Karena mereka ini menggunakan algortima tradisional, dengan menggunakan huruf jawa kawi, sansekerta, dan istilah-istilah nusantara lokal. Sehingga sulit untuk membuka atau menyadap informasinya,'' ujar Ridlwan saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (8/1).
Kendati begitu, Ridlwan menyesalkan, pernyataan Djoko yang diutarakan lewat media. Menurutnya, Djoko sebaiknya tidak perlu mengungkapkan soal penggunaan aplikasi asing oleh pejabat Indonesia ke publik.
Akan lebih baik, jika rencana tersebut disampaikan secara tertutup dan melalui surat formal kepada pimpinan lembaga-lembaga negara tersebut.
''Sebenarnya, itu malah seperti memberitahu titik lemah kita kepada pihak-pihak lawan yang berniat jahat untuk melakukan penyadapan. Lembaga sandi negara itu kan lembaga intelijen, sebaiknya bekerja secara senyap saja,'' tuturnya.