REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Salah satu organisasi masyarakat (Ormas) bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mulai menjadi buah bibir di masyarakat Indonesia. Pasalnya ormas ini disebut-sebut menjadikan dua pegawai negeri sipil asal Purbalingga menghilang tanpa diketahui beradaannya.
debMenanggapi hal ini, Wakil Sekertaris Jendral (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zaitun Rasmin menjelaskan bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melakukan pengecekan untuk mengetahui lebih jelas mengenai keberadaan Ormas Gafatar. Namun MUI dipastikan akan membeberkan lebih dalam mengenai Gafatar dalam waktu dekat.
"Tunggu saja. Kita belum bisa bicara banyak. Nanti kita akan beberkan apakah benar Ormas terkait hilang PNS di beberapa daerah," papar Zaitun.
Mengenai keterlibatan Orgmas Gafatar dengan kemungkinan aksi terorisme di Indonesia, Ketua Wahdah Islamiyah ini belum mengetahui secara pasti isu tersebut. Yang jelas, MUI tengah meneliti apakah organisasi ini juga berpotensi melakukan aksi terorisme di Indonesia. "Belum, masih belum ke situ," kata Zaitun.
Sementara, Sekertaris MUI Sulsel Muhammad Ghalib menuturkan, pihaknya hanya sedikit mendengar keberadaan Ormas Gafatar di Provinsi Sulsel. Tapi Ghalib tidak menampik jika Ormas Gafatar telah sampai di Sulsel.
"Ya memang ada itu, tapi kita juga masih mencari tahu. Apakah benar Ormas ini Gafatar atau ormas lain," papar Ghalib.
Keberadaan organisasi Gafatar sebelumnya sempat mengundang kontroversi di masyarakat. Beberapa kalangan mengaitkan organsisasi yang didirikan Mahful M Tumanurung itu dengan paham aliran Al-qiyadah Al Islamiyah yang disebarkan Ahmad Musadeq. Pada aliran tersebut, Musadeq menahbiskan diri sebagai nabi terakhir atau mesiah. Gafatar mengakui Ahmad Musadeq