REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations/ CAIR), sebuah kelompok advokasi Muslim, menyerukan Donald Trump untuk meminta maaf.
Desakan itu disampaikan setelah kandidat presiden dari Partai Republik itu mengusir seorang Muslimah saat hadir pada kegiatan kampanye Trump. Insiden pengusiran itupun memicu badai di media sosial dan mendorong kritik. (Baca: Tampil Saat Kampanye, Trump Usir Wanita Muslim)
Direktur CAIR Nihad Awad mengatakan citra seorang wanita muslim yang disalahgunakan dan dikeluarkan dari rapat umum politik tersebut mengirimnkan pesan mengerikan bagi muslim Amerika. "Juga semua orang uang menghargai tradisi bangsa kita tentang keragamana agama dan partisipasi masyarakat," katanya.
Insiden ini menjadi kontroversi terbaru yang melibatkan Trump tentang muslim. Bulan lalu, Trump menganjurkan untuk melarang semua muslim asing masuk Amerika Serikat. Pada November ia mengatakan melihat ribuan muslim di Jersey City, New Jersey bersorak pada 11 September 2001 di WTC New York.
Pada kampanye Sabtu di Ottumwa, Iowa, Trump mengutip pembantaian San Bernardino, California bulan lalu dan penembakan seorang polisi Philadelphia pada Jumat oleh seorang pria. Polisi mengatakan pria tersebut berjanji setia kepada ISIS.
Trump menyebut itu semua sebagai contoh kemarahan musim terhadap Amerika. "Kebencian itu begitu luar biasa dan bahaya ketika kita memiliki orang yang bersedia untuk menerbangkan pesawat ke World Trade Center dan banyak hal lainnya, kita harus menyelesaikannya," ujar dia.
Kampanye Trump tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar pada insiden Hamid.