REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Gugus Tugas Komunikasi Kementerian BUMN Wianda Pusponegoro mengatakan, groundbreaking Kereta Api (KA) cepat Jakarta-Bandung ditargetkan pada Januari ini.
"Setelah groundbreking, harapannya dalam waktu tidak terlalu lama sudah mulai berjalan, dan pada 2019 bisa segera beroperasi," ujarnya di Jakarta, Senin (11/1).
Ia menjelaskan alasan pemilihan Cina ketimbang Jepang untuk melaksanakan proyek ini karena prestasi yang dimiliki Cina dalam KA Cepat. Wianda mengatakan, Cina sedang membangun 17 ribu Km untuk KA cepat di negaranya.
"Kita harus belajar dari prestasi Cina. Cina sudah anut konsep-konsep mobilisasi masyarakat di banyak daerah agar jangan tersentralisasi di kota-kota besar. Ini yang menjadi pertimbangan utama," ungkapnya.
Pertimbangan kedua, seperti dikatakan Menteri BUMN Rini Soemarno, kata dia, dalam perjanjian dengan Cina tidak memerlukan jaminan pemerintah. Disinggung harga tiket yang berada dalam kisaran Rp 200 ribu, ia menilai hal tersebut wajar mengingat jarak tempuh yang ada hanya 36 menit.
"Tentu yang harus dihitung bandingkan tingkat produktivitas dari penggunaan KA cepat dari sisi waktu dan energi dibanding moda lain," ungkapnya.
Selain itu, dengan adanya KA cepat, masyrakat memiliki alternatif baru dalam perjalanan Jakarta-Bandung dan sebaliknya. Saat kondisi normal, perjalanan Jakarta-Bandung sudah cukup padat, apalagi dalam kondisi musim liburan seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, dengan keberadaan KA cepat akan menumbuhkan kota-kota baru di sekitar wilayah Bandung.
"Ada tiga hal yang dilakukan di sana, sebagai pusat teknologi dan informasi, ada pusat pendidikan akan kerja sama dengan ITB, dan Unpad buat kampus baru di wilayah Walini, yang paling penting jadi trading hub termasuk di situ ada perkantoran, jasa ekonomi, dan kantor besar bisa relokasi kesana," katanya.