Senin 11 Jan 2016 17:36 WIB

Kemenag Berencana Revisi Sirah Nabawi, Ini Komentar Pakar Sejarah Islam

Rep: Maniarti/ Red: Agung Sasongko
Sirah Nabawiyah
Foto: akbarmedia
Sirah Nabawiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Sejarah Islam UIN Jakarta, Dadi Darmadi mengatakan, usulan dari kementerian Agama yang ingin merevisi sirah nabawiyah boleh-boleh saja. Namun, perstiwa sejarah peperangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perang umat terdahulu. Sehingga sebaiknya tidak terlalu dipaksakan.

"Kalau biografi soal perjalanan Nabi Muhammad. Jadi mau tidak mau tetap ada unsur peperangannya. Atau ini merupakan unsur yang tidak terhindarkan," ujar Dadi Darmadi  kepada Republika.co.id, Senin (11/1).

Ia menjelaskan, esensi dari sirah nabawiyah ialah kumpulan dari cerita yang ditulis oleh sahabat paling awal dari nabi Muhammad. Sehingga ditulis oleh orang yang berbeda. Termasuk oleh orang yang ikut perang dengan nabi.

Untuk itu, jika pemerintah ingin menonjlkan akhlak dari Nabi Muhammad maka pemerintah dapat memberikan sumber yang lain seperti hadist dan Alquran.

Ia melanjutkan, sebaiknya proses perevisian bukan menjadi urusan negara. Tetapi menjadi tugas tim ahli atau komisi pendidikan. Ini dikarenakan  masih banyak urusan lain terkait masalah publik yang menjadi tugas negara.

Selain itu, jika hal ini menjadi tugas negara maka dikhawatirkan akan menimbukan gejolak di masa akan datang. Karena sebuah perspektif pada masa ini belum tentu sama di masa depan.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berencana memperbaiki pencitraan Nabi Muhammad di dunia pendidikan Islam. Hal ini karena Rasulullah cenderung ditonjolkan sebagai pribadi yang gemar perang daripada sebagai individu toleran dan penyebar kasih sayang.

Menurutnya, materi pendidikan sirah nabawiyah di kelas lebih banyak diceritakan soal berbagai perang yang melibatkan nabi Muhammad seperti perang Badar dan perang Uhud. Sayangnya, sisi lain dari Nabi Muhammad justru kurang terekspose seperti keteladanan Rasulullah yang mengajarkan kasih sayang dan toleransi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement