REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Kementerian Agama melibatkan ormas-ormas Islam dalam wacana perbaikan materi pendidikan sejarah kenabian (sirah nabawiyah). Ketua Bidang Pendidikan MUI Abdullah Jaidi mengatakan, perlu ada koordinasi antara Kemenag dan ormas khususnya yang memiliki lembaga pendidikan untuk membahas wacana tersebut.
"Kemenag perlu mengundang tokoh-tokoh ormas untuk duduk bersama dan evaluasi ide-ide tersebut karena interpretasi (atas sirah nabawiyah) tidak bisa sepihak," ujar Abdullah kepada Republika, Senin (11/1).
Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melontarkan wacana untuk memperbaiki citra Nabi Muhammad SAW di dunia pendidikan Islam. Ini lantaran citra Rasulullah cenderung ditonjolkan sebagai pribadi yang gemar berperang daripada individu toleran dan penebar kasih sayang.
Abdullah mengaku, pihak Kemenag belum pernah berkoordinasi terkait wacana tersebut. Ketua Pimpinan Pusat Al Irsyad itu menilai, hal paling fundamental pengajaran sejarah kenabian yakni menyampaikan visi dan misi Rasulullah SAW membawa rahmat bagi semesta alam.
Abdullah mengakui, penulisan sejarah memang bergantung erat pada kemampuan penulis dan kadar intelektualitasnya. Ia menyebut, terkadang ada penulis yang menyisipkan hal-hal kontroversial bahkan pelintiran sejarah.
Ia menyampaikan, dalam membaca sirah nabawiyah murid bisa mencontoh perilaku Rasulullah dalam meniti hidupnya di berbagai aspek seperti berkeluarga, berdakwah, berinteraksi sosial, dan menghadapi keberagaman.
Rasulullah, kata Abdullah, mencontohkan interaksi dengan masyarakat plural di Madinah. "Rasulullah menghormati masyarakat Yahudi karena masyarakat Yahudi juga menghormatinya," ujarnya.