REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil dua elite Partai Golkar yang berseberangan kubu, Senin (11/1). Usai pertemuan itu, Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali, Aburizal Bakrie (Ical) menyatakan dukungannya terhadap pemerintah.
Padahal, sejak usai Pilpres 2014 silam, Ical merupakan petinggi Koalisi Merah Putih (KMP) yang berseberangan dengan Jokowi. Mengomentari hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon tampak santai.
"Ya, sebelumnya juga sudah bertemu dengan Pak Prabowo. Tidak masalah. Setiap politik punya sikap," kata Wakil Ketua DPR RI itu di gedung DPR, Jakarta, Selasa (12/1).
Meskipun demikian, Fadli menegaskan, sikap partainya tetap konsisten sebagai oposisi pemerintah. KMP pun, dia mengklaim, tetap solid, kendati beberapa anggotanya hengkang dan merapat ke kubu Jokowi.
"Kalau Partai Gerindra sejak awal berada di luar pemerintah," ucap dia.
(Baca: HMPI: Munaslub Bisa Usir Perusak Golkar)
Merapatnya Golkar kubu Ical ke Jokowi sebagai upaya untuk menemukan islah bagi konflik internal yang melanda partai tersebut. Sebab, sejak 1 Januari 2016, tak ada satu pun DPP yang absah mengurus Partai Golkar.
Sebelumnya, dua partai anggota KMP sudah merapat ke Istana. Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan pada awal September 2015 lalu menyatakan partainya menyeberang dari KMP dan bergabung mendukung pemerintahan. Kemudian, pada medio Desember 2015 lalu, PKS juga merapat ke Istana, meski tak eksplisit menyatakan keluar dari KMP.
(Baca: Aburizal Ungkap Sejumlah Alasan Mendukung Pemerintah)