REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Ulama se-Madura menggelar silaturrahim di Pondok Pesantren Al-Hamidy, Banyuanyar, Madura, Jawa Timur, Selasa (12/1). Silaturahim itu membahas pentingnya penguatan paham Ahlus Sunnah Wal-Jamaan sebagai paham kebanyakan umat Islam yang menyerukan perdamaian.
Silaturrahim yang digelar di aula pertemuan kampus Salafiah di pondok itu menghadirkan dua ulama asal Hadramaut, Yaman, yakni Habib Ali Bin Muhammad Al-Haddad dan Syekh Abdullah Bin Salim Sa'id Badaud. "Selain untuk bersilaturrahim, acara ini juga dalam rangka memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW," kata Pengasuh Pondok Pesantren Al Hamidy KH Mohammad Rofii.
Dalam orasinya, Habib Ali Bin Muhammad Al-Haddad menyatakan, penguatan paham Ahlus Sunnah Wal-Jamaah harus tetap dipelihara dan diperkuat sebagai akidah umat Islam. Menurutnya, paham ini membawa pesan perdamaian, yakni menyebarkan ajaran Islam dengan cara damai dan menolak kekerasan.
"Kami minta pondok pesantren tidak hanya mengajarkan paham Ahlus Sunnah Wal-Jamaah ini tidak hanya pada santri saja, akan tetapi juga pada kalangan masyarakat umum," ucapnya.
Ulama ini juga meminta agar paham Ahlus Sunnah Wal-Jamaah diajarkan dan menjadi kurikulim pendidikan formal, mulai tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), hingga Perguruan Tinggi. Dalam kesempatan itu, Habib Ali menuturkan, peristiwa yang pernah terjadi di Yaman.
Menurutnya, kala itu, kalangan pondok pesantren dan ulama di Yaman hanya mengajarkan paham Ahlus Sunnah Wal-Jamah hanya di pesantren dan keluarga ulama saja, akan tetapi mengabaikan pendidikan pada masyarakat umum."Akibatnya, paham di luar Ahlus Sunnah Wal-Jamaah masuk dan cenderung merusak tatanan paham 'Aswaja' yang sudah bagus," ujarnya.