REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pemain yang tergabung alam Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) berencana melakukan mogok massal sebagai bentuk protes tak juga digelarnya kompetisi Liga Indonesia. Sebab turnamen-turnamen yang selama ini diselenggarakan tidak cukup untuk menghilangkan kekhawatiran pemain atas masa depannya.
APPI mengimbau agar para pemain tidak mengikuti aktivitas turnamen apapun hingga kompetisi kembali diputar. Rencana APPI mendapatkan dukungan dari klub Divisi Utama, karena dianggap mewakili perasaan para pemain dan klub Divisi Utama.
Manajer Perserang, Babay Karnawi mendukung rencana APPI untuk melakukan mogok bermain. Menurutnya, apa yang diinginkan oleh APPI adalah bentuk solidaritas mereka kepada para pemain yang berada di klub-klub kecil. Karena selama selama kompetisi mengalami mati suri, praktis klub-klub dari Divisi Utama dan Liga Nusantara lumpuh total.
Maka dari itu, Babay mengucapkan banyak terima kasih kepada APPI atas solidaritasnya kepada pemain dan klub DU. Karena selama ini turnamen yang ada tidak memberikan efek apapun kepada klub-klub DU, padahal dari klub DU-lah pemain-pemain muda lahir. Babay meminta kapada Kemenpora dan PSSI agar tidak mementingkan egonya masing-masing.
Menurutnya, kompetisi Liga Indonesia tak kunjung digelar karena kedua belah pihak tersebut, yang lebih mementingkan egonya. Salah satu contohnya, PT Liga Indonesia tak ingin berkomunikasi dengan Tim Transisi sebagai syarat menggelar kompetisi.
Sementara Kemenpora tetap memaksakan Tim Transisi sebagai pengganti PSSI, padahal tidak memiliki kemampuan untuk menggelar kompetisi. "Kami ingin kompetisi yang berjenjang, bukan turnamen singkat. Lagi pula kami tim kecil tidak pernah diundang mengikuti turnamen," keluh Babay saat dihubungi melalu sambungan telepon, Selasa (12/1).
Kemudian, Babay juga berharap pengurus PSSI dan juga Tim Transisi bisa sadar dengan adanya aksi dari para pemain. Diaa juga mengkritisi kedua lembaga tersebut, yang dianggap diam dan tidak bertanggung jawab saat keadaan seperti ini.
Padahal pemain dan klub lebih membutuhkan kompetisi dibanding turnamen-turnamen. Memang diakuinya, pelaksanaan turnamen biasanya pada saat jeda kompetisi. Namun saat ini kompetisi tidak ada, sehingga turnamen sudah tak layak lagi untuk diputar. Apalagi turnamen-turnamen yang ada dianggapnya hanya mementingkan bisnis semata.