REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Guna mengoptimalkan potensi wisata lokal, tahun ini Pemkab Sleman melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) berencana akan membuat Peraturan Bupati (Perbup) mengenai desa wisata.
Kepala Disbudpar Sleman, AA Ayu Laksmidewi menjelaskan, muatan Perbup tersebut tidak bersifat intruksi atas ke bawah dari Pemkab Sleman ke masyarakat.
Melainkan mengenai aspek dasar pembinaan dan komunikasi bagi desa wisata. "Sekarang banyak bermunculan desa wisata, tapi banyak juga yang mandeg. Nah untuk pengoptimalan potensi desa wisata yang lebih baik, kita akan atur pola pembinaannya dalam Perbup," tutur Ayu, Selasa (12/1).
Setidaknya dalam Perbup Desa Wisata nanti akan ada empat aspek yang diatur. Pertama, mengenai pengembangan destinasi. Kedua, tentang pengembangan industri di kawasan desa wisata. Ketiga, pengembangan pemasaran desa wisata. Keempat, mengenai struktur kelembagaan desa wisata.
Ayu menjelaskan, pada aspek keempat peraturan tersebut, desa wisata akan didorong menjadi atau memiliki lembaga berbadan hukum. Misalnya berbentuk koperasi. Sebab selama ini banyak kerja sama dan bantuan untuk sektor wisata yang mengharuskan penerimanya berbadan hukum terlebih dulu.
"Pihak luar itu kalau mau kerja sama pasti tanya, sudah berbadan hukum apa belum. Kalau sudah punya badan hukum lebih baik," tutur Ayu. Sementara sampai sekarang, belum ada desa wisata yang memiliki lembaga berbadan hukum.
Selain itu melalui Perbup Desa Wisata, Pemkab Sleman dapat lebih mudah melakukan pengawasan. Di antaranya untuk menjaga keberlanjutan aktivitas desa wisata, termasuk keamanan dan kenyamanan di sana. Menurut Ayu masing-masing desa wisata memiliki keunikan tersendiri. Bahkan tidak bisa disandingkan dengan wisata di tempat lain.
"Desa wisata ini bukan jadi saingan bagi tempat wisata lain. Tapi pengembangannya akan sangat berpotensi untuk memunculkan basis budaya lokal," papar Ayu.
Sekretaris Disbudpar Sleman, Endah Sri Widiastuti mengemukakan, saat ini ada 30 desa wisata yang tersebar di Kabupaten Sleman. Namun yang berstatus mandiri baru tujuh, yaitu Pulesari, Pentingsari, Grogol, Gamplong, Tanjung, Brayut, dan Rumah Domes. Dari ketujuh desa tersebut yang mendapat kunjungan selama musim libur tahun baru kemarin hanya lima.
Pulesari sebanyak 3.456, Pentingsari 1.771, Grogol 755, Brayut 333, dan Rumah Domes 3.045 wisatawan. "Kunjungan ini pun tidak selamanya terjadi dalam periode yang sama. Tapi bisa berbeda-beda," kata perempuan yang akrab disapa Uut itu.
Misalnya di Brayut, biasanya pengunjung menginap dalam waktu yang lama, sekitar tujuh hari. Mereka kebanyakan merupakan wisatawan manca negara yang sengaja belajar bahasa jawa di sana.
Sementara Rumah Domes selalu ramai pengunjung pada musim libur sekolah. Sebab banyak anak-anak yang berkunjung ke sana untuk melihat keunikan rumah berbentuk setengah lingkaran.