REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 15-17 persen pada tahun 2016. Target tersebut sedikit di atas target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di kisaran 13-15 persen.
Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, menyatakan, optimistis kondisi ekonomi tahun ini akan jauh lebih baik daripada kondisi perekonomian tahu lalu. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 juga lebih besar daripada realisasi pertumbuhan ekonomi 2015.
Oleh karena itu, ungkapnya, manajemen BNI sangat optimistis pertumbuhan bisnis 2016 akan lebih tinggi daripada realisasi 2015. “Kami melihat dengan kesiapan yang ada di BNI kami memberanikan diri memproyeksikan kredit tumbuh 15-17 persen,” ujarnya seusai RUPSLB di kantor pusat BNI Jakarta, Selasa (12/1).
Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diproyeksikan di kisaran 14-16 persen. Target pertumbuhan DPK lebih rendah dari pertumbuhan kredit karena untuk menjaga rasio Loan to Deposit (LDR).
Baiquni menyebutkan, strategi yang dilakukan perusahaan untuk mencapai target tersebut melalui sinergi dan cross selling seluruh komponen perusahaan BNI Group. Menurutnya, selama ini sinergi BNI dengan anak perusahan sudah dilakukan tetapi belum optimal. Perseroan telah menyusun beberapa strategi dan akan diimplementasikan pada tahun ini.
Di sisi lain, untuk mencapai target profitabilitas, BNI berupaya mengimbangi ekspansi kredit dengan menjaga kualitas kredit. BNI menargetkan rasio kredit bermasalah (NPL) kotor tahun ini di bawah 2,7 persen.
Menurutnya, untuk menurunkan NPL, BNI menerapkan strategi konservatif proaktif. Artinya, dengan konservatif perusahaan melihat debitur mana yang sangat rentan terhadap kondisi usaha saat ini. Jika debitur tersebut hampir mendekati NPL maka lebih baik di-down grade kemudian dilakukan restrukturisasi. Sementara, proaktif dengan membentuk cadangan CKPN.
Posisi NPL gross BNI pada Juni 2016 di kisaran 3 persen. NPL tersebut bisa diturunkan menjadi 2,7-2,8 persen pada September 2015.