Rabu 13 Jan 2016 05:53 WIB

Awal Mula Pembakuan Bahasa Arab

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Seorang santri menulis aksara Arab di sebuah papan bahasa/Ilustrasi
Foto: Republika
Seorang santri menulis aksara Arab di sebuah papan bahasa/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa Rasulullah dan awal Khulafaur Rasyidin, pusat kekuasaan Islam masih berada di Makkah-Madinah. Wilayah kekuasaan Islam belum begitu luas. Tapi, memasuki masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Islam mulai menyebar ke negara-negara yang penduduknya tidak menggunakan bahasa Arab (ajam).

Di tempat yang baru ini, bahasa Arab menghadapi sejumlah tantangan. Akibat tidak adanya harakat pada kalimat-kalimat itu, orang ajam sering salah membaca kalimat berbahasa Arab. Makna kalimat bergeser dari yang seharusnya.

(Baca: Asal Usul Bahasa Arab)

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menjelaskan, orang yang pertama kali mencetuskan ilmu nahu (tata bahasa Arab) adalah Abu Aswad ad Du'ali dari Bani Kinanah atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ia memberikan tanda-tanda baca berupa syakl (tanda vokal, seperti fathah, kasrah, dan damah), serta titik dalam penulisan Alquran.

Orang-orang setelahnya menulis dengan cara tersebut hingga sampai pada masa Khalil bin Ahmad al-Farahidi pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Ia berkecimpung dalam ilmu lughah (bahasa) dan sastra, kemudian menuliskan kamus bahasa Arab pertama berjudul Mu'jam al-'Ain. Upaya kemudian dilanjutkan Abu Bisyr Amr bin Utsman bin Qanbar Al-Bishri.

Dia menyempurnakan perincian-perincian dan membukukan dalam kitabnya yang terkenal, al-Kitab. "Dasar-dasar tata bahasa dan leksikografi bahasa Arab diletakkan oleh warisan luar biasa leksikografis al-Khalil ibn Ahmad dan ahli gramatika as-Sibawaihi," kata Karin C Ryding dalam Arabic: A Linguistic Introduction (Cambridge University Press). Setelah itu, lanjut Ibnu Khaldun, ada pula Abu Ali Al Farisi dan Abu Al Qasim Az Zajjaj yang menulis buku-buku ringkas bagi para pembelajar. Metode pengajaran dan ilmu tata bahasa Arab semakin berkembang.

Pada masa Khilafah Umayyah dan Abbasiyah, bahasa Arab menjadi bahasa internasional. Karin C Ryding memandang, konversi besar-besaran dan perkembangan budaya Islam pada masa kekhalifahan mendorong penyebaran bahasa ini.

(Baca Juga: Alquran Beri Dampak Signifikan Bahasa Arab)

Selama seratus tahun pertama Islam, kehausan umat Islam akan ilmu pengetahuan merasuk begitu sistematis. Bahasa Arab berkembang menjadi bahasa peradaban. Proses Arabisasi menyebabkan dominasi bahasa Arab terhadap bahasa-bahasa setempat berlangsung cepat. Ribuan buku ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahasa Yunani dan Persia diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Para ilmuwan Muslim menulis buku-buku tentang kedokteran, fisika, kimia, botani, filsafat, geografi, sejarah, teknik, dan astronomi dalam bahasa ini. Penulisan karya satra berbahasa Arab juga mendukung pelestarian bahasa Arab.

Kekhalifahan Islam meresmikan penggunaan bahasa ini lewat politik dan korespondensi. Mata uang pun menggunakan bahasa dan aksara Arab. Ketika Islam menyebar sampai ke Semenanjung Iberia, bahasa Arab turut membangun peradaban bersama Muslim Spanyol dan Portugal.

Maria Rosa Menocal dalam Surga di Andalusia menuturkan keluh kesah seorang pemuka Kristen melihat para pemudanya giat mempelajari bahasa Arab. Para pemuda Kristen Spanyol masa itu jauh lebih suka menelaah kitab-kitab berbahasa Arab dibanding kitab keagamaan mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement