REPUBLIKA.CO.ID, Pertengahan Ramadhan, di tahun ke-3 Hijriah. Tangis bayi laki-laki pecah di tengah rumah sederhana pasangan muda Fatimah Az Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Kehadiran buah hati yang kemudian dinamakan Hasan ini, melengkapi pernikahan keduanya yang berlangsung lima bulan setelah hijrah.
Tak lama berselang, Rasulullah Muhammad pun bertandang. Ia meminta Fatimah untuk memperlihatkan cucu laki-lakinya itu. Lalu menanyakan apakah bayi yang wajahnya menyerupai dirinya itu telah bernama.''Aku memberi nama Harb,'' jawab sang ayah bayi itu, Ali.
Muhammad pun meminta Ali tak memberi nama anak pertamanya itu dengan Harb. Lebih baik, kata dia, namanya Hasan. Ia menyatakan tak ada orang Arab yang memberi nama Hasan kepada anaknya. Nama yang paling mendekati adalah Hasn yang digunakan oleh beberapa orang Yaman.
Abdul Mun'im Muhammad dalam bukunya, Khadijah, mengungkapkan setelah kelahiran Hasan, Muhammad seringkali meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah Fatimah dan Ali serta bermain-main dengan Hasan. Rasulullah sangat mencintai cucu lelakinya itu.
Hasan terlihat kerap diletakkan di pundak Rasulullah bahkan ketika ia keluar rumah berjalan-jalan. Hingga pada suatu saat, seorang sahabat menyatakan pendapatnya. ''Wahai anak kecil, betapa mulia orang yang engkau naiki itu,'' katanya.
Mendengar hal itu, Rasullah menyatakan betapa mulia pula orang yang menaikiku. Bahkan ia pun bermunajat kepada Allah, bahwa ia sangat mencintai Hasan dan ia pun berharap Allah mencintai Hasan.''Ya Allah, aku sungguh mencintainya. Cintailah siapapun yang mencintainya' katanya.
Hasan memang menjadi kesayangan Muhammad. Demikian pula dengan adiknya, Husain, yang lahir kemudian. Keduanya menjadi cucu yang sangat disayang oleh kakeknya yang seorang Rasul itu. Bahkan dinyatakan keduanya merupakan pemuda penghulu surga.