Rabu 13 Jan 2016 17:15 WIB

Kisah Tobatnya Ahmad Moshaddeq

Ahmad Moshaddeq
Foto: Antara
Ahmad Moshaddeq

REPUBLIKA.CO.ID, Deklarasi Ahmad Moshaddeq sebagai rasul baru sempat menghebohkan jagat nusantara pada 2007 lalu. Pemimpin Al Qiyadah Al Islamiyah tersebut pun sempat menyatakan pertobatannya sebagai nabi baru sebelum ditetapkan Polda Metro Jaya sebagai tersangka. 

Ahmad Moshaddeq mengaku khilaf dan bertobat atas pengakuannya sebagai rasul. Moshaddeq akan kembali menjalankan ajaran Islam serta tak akan menyebarkan ajaran sesat yang pernah disampaikan kepada pengikutnya. 

Pensiunan pegawai Dinas Olahraga Pemprov DKI ini menyampaikan pertobatannya dengan membaca dua kalimat syahadat di hadapan Ketua PBNU KH Said Agil Siradj, Ketua MUI H Amidhan, mantan dubes RI di Mesir Bachtiar Ali, cendekiawan Muslim Nazri Abdul Hamid, dan beberapa tokoh lainnya.

''Saya mencabut pernyataan saya sebagai nabi dan rasul Allah. Saya menyatakan, saya adalah manusia biasa, ana basyaru mitslukum. Saya percaya bahwa agama yang hak di sisi Allah adalah Islam,'' kata Moshaddeq dalam jumpa pers di Gedung Utama Polda Metro Jaya, Jumat, 9 November 2007 lalu.

Selain mengucapkan dua kalimat syahadat, mantan pelatih bulu tangkis tahun 1971 ini juga meyakini lima Rukun Islam-- membaca kalimat syahadat, shalat lima waktu, puasa Ramadhan, menunaikan zakat, dan pergi haji bagi yang mampu. Tidak ketinggalan, Moshaddeq juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh umat Islam di Tanah Air.

''Saya berharap seluruh umat Islam memaafkan saya dan seluruh jamaah saya yang selama ini meresahkan, dapatlah kiranya menerima kami sebagai ikhwan fiddin atau sebagai saudara dalam keimanan seutuhnya,'' tutur Moshaddeq.

Tobatnya Ahmad Moshaddeq bukan terjadi dengan sendirinya. Moshaddeq bertobat setelah berdebat panjang tentang paham yang diyakininya itu dengan sejumlah ulama. "Setelah melalui perdebatan selama tiga jam pada Rabu (7/11), akhirnya Moshaddeq bertobat pada Jumat (9/11),'' ungkap Ketua PBNU KH Said Agil Siradj kepada Republika.co.id.

Siradj menceritakan, kisah pertobatan itu bermula saat dia yang didampingi KH Agus Miftah dan Prof Bachtiar Ali mendatangi Moshaddeq di Polda Metro. ''Kami berdiskusi membahas pemahaman yang diyakininya serta para pengikutnya.''

Menurutnya, meski Moshaddeq orang yang cerdas dan mengetahui ilmu Alquran dan hadis, dia salah menafsirkan ayat 40 surah al-Ahzab. ''Dijelaskan di ayat itu bahwa Muhammad adalah nabi terakhir.'' Namun, Moshaddeq keliru dengan menafsirkan bahwa Muhammad sebagai nabi yang sempurna. ''Ini salah jika ditinjau dalam tata bahasa Arab,'' ujarnya menegaskan.

Moshaddeq juga tak bisa menunjukkan mukjizat sebagaimana yang dimiliki oleh nabi dan rasul. Mengenai shalat yang hanya dilakukan sekali, menurut Siradj, Moshaddeq tak bisa mendasarkan pada banyaknya orang shalat, tapi masih melakukan korupsi, judi, dan kemaksiatan lainnya. ''Itu tak bisa dijadikan alasan mengurangi jumlah shalat."

Kini, nama Moshaddeq kembali meramaikan Tanah Air. Organisasi masyarakat (ormas) yang diduga sesat, yakni Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), diduga menjadi metamorfosis dari Al Qiyadah Al Islamiyah yang dipimpin Moshaddeq. Nama Gafatar pun tenar seiring dengan merebaknya kasus hilangnya orang di banyak daerah.

(Baca: Benarkah Gafatar Sempalan Gerakan Moshaddeq?). 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement