REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tak lama lagi, Amerika Serikat akan memilih presiden baru, untuk itu pada Selasa (12/1) Presiden Barack Obama menyampaikan pidato kenegaraan terakhirnya. Dalam pidatonya ia menegaskan mengenai visi masa depan pemerintahannya.
Dalam pidatonya di hadapan Kongres, Obama mencoba menghidupkan kembali kepercayaan kepada janji perubahan yang pertama kali membawanya ke Gedung Putih. Ia menyatakan negara tak harus membuat pemilihan umum yang membawa kesan menakutkan dan pemecahbelahan yang berisiko pada kemajuan ekonomi dan keamanan.
"Semua pembicaraan mengenai kemerosotan perekonomian AS merupakan hawa panas politik. Jadi semua itu hanya retorika mengenai musuh-musuh yang semakin kuat dan AS yang semakin lemah," ujarnya pada pidato Selasa (12/1) malam.
Obama mengatakan, AS merupakan negara paling kuat di muka bumi. Dia membantah kritikan, penetangan dan harapan Partai Republik di Gedung Putih. Tapi ia juga mengakui kegagalannya sendiri untuk mengubah politik negara yang kian pahit dan menyatukan bangsa.
Dengan satu tahun tersisa di kantornya, Obama memaparkan tugas-tugas yang menurutnya mendesak dari sebelumnya. Ia juga memohon pada pemilih untuk berpaling dari calon dengan komentar-komentar yang keras dan meminta bersatu bersama-sama.
"Demokrasi berhenti tanpa kesediaan berkompromi, atau bahkan ketika fakta-fakta mendasar diperlombakan. Kehidupan publik kita layu saat hanya suara paling ekstrem yang mendapat perhatian," ujar Obama.
Obama mengatakan, salah satu dari beberapa penyesalannya di masa kepresidenannya adalah saat dendam dan kecurigaan semakin parah dan bukan membaik. Ia juga mendesak langkah-langkah untuk membuat pemilu lebih mudah dan mengurangi pengaruh uang dalam politik.
Obama juga membela kebijakannya dalam hal kesehatan yang dikenal dengan Obamacare. Ia mengklaim programnya tersebut telah merangkul jutaan warga.
Banyak hal lain yang juga disampaikan Obama termasuk perihal perjanjian perubahan iklim Paris. Obama juga mengulurkan harapan akan rencananya terkait isu seperti reformasi peradilan, menyelesaikan pakta perdagangan Asia-Pasifik, dan membantu orang yang kecanduan obat resep.