REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Salah satu poin penting yang dihasilkan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 2016 adalah adanya sikap untuk mendorong sistem Pemilu Proporsional Tertutup. Dengan sistem ini, seluruh partai diharapkan mau melakukan kaderisasi dini di seluruh wilayah.
Rakornas PKS 2016 tersebut digelar selama dua hari, Selasa (12/1) hingga Rabu (13/2), di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat. Menurut Presiden PKS, Sohibul Imam, dalam Rakornas itu dibahas sikap PKS terkait sistem pemilu, yaitu sistem proporsional tertutup. PKS pun tetap pada upaya untuk mendukung sistem pemilu berdasarkan proporsional tertutup.
Menurut Sohibul, Indonesia harus menganut demokrasi yang substantif dan low cost politic. ''Dengan model pemilu sekarang, seorang yang punya uang dan dekat dengan penguasa partai dengan mudah mendapatkan nomor atas untuk ikut serta dalam pemilu legislatif. PKS ingin sistem kepartaian yang berpihak pada kader partai itu sendiri,'' ujar Sohibul dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Rabu (13/1).
Sohibul menambahkan, pilihan untuk mendorong sistem pemilu dengan proporsional tertutup adalah agar seluruh partai politik agar mau melakukan kaderisasi secara dini di seluruh wilayah. Saat ini, menurut Sohibul, banyak partai politik yang memilih untuk potong kompas, yaitu dengan menempatkan seseorang yang populer ataupun banyak uang untuk bisa mendongkrak perolehan suara.
Lebih lanjut, kondisi itu pun berdampak pada kualitas lembaga perwakilan, dalam hal ini DPR. ''Kami ingin DPR yang berkualitas, hulunya ada di sistem pencalegan. Dengan sistem ini, proporsional tertutup, partai didorong untuk menghasilkan kader yang berkualitas,'' ujar Sohibul.