REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak seperti kejadian serangan teror di luar negeri, di mana masyarakat sekitar akan cenderung menghindari dan menjauh dari tempat kejadian, warga Jakarta yang berada di Sarinah, Jalan MH Thamrin, justru berada tidak terlalu jauh dari lokasi serangan tersebut.
Selain didasari rasa ingin tahu, fenomena ini dianggap sebagai bentuk dukungan masyarakat terhadap aparat keamanan.
Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Musni Umar, menilai, rasa ingin tahu memang menjadi salah satu alasan utama masyarakat tidak berpindah terlalu jauh dari lokasi kejadian tersebut atau sekitar kurang dari satu kilometer.
Bahkan, pascapeledakan pos polisi perempatan Sarinah, masyarakat masih terlihat berkumpul. Masyarakat baru benar-benar menyingkir saat adanya penembakan yang dilakukan pelaku pemboman terhadap salah satu anggota Kepolisian.
Masyarakat, kata Musni, berkeyakinan tidak akan terjadi bom susulan, lantaran adanya kepercayaan terhadap kehadiran Kepolisian. Selain itu, ditambah dengan keinginan masyarakat untuk mengetahui kejadian sebenarnya.
Terlepas dari rasa ingin tahu masyarakat, Musni menilai, kehadiran masyarakat di tempat itu juga menjadi bentuk dukungan terhadap aparat keamanan.
"Itu bisa dimaknai juga sebagai bentuk dukungan atau support kepada aparat keamanan untuk bisa menangkap pelaku serangan teror tersebut," ujar Musni kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Kamis (14/1).
Wakil Rektor Universitas Ibn Chaldun Bogor itu melanjutkan, kehadiran masyarakat ini juga dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan partisipasi aktif masyarakat terkait deteksi dini terhadap persebaran kelompok-kelompok radikal di lingkungannya masing-masing.
Melalui peristiwa yang terjadi di Sarinah itu, kata Musni, masyarakat akan semakin menyadari betapa jahatnya aksi-aksi terorisme tersebut.
''Partisipasi dan dukungan masyarakat tentu sangat dibutuhkan, mengingat terbatasnya jumlah personel aparat keamanan, baik petugas lapangan ataupun personel intelijen,'' ujar Musni.