REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebuah survei yang dilakukan terhadap 25.632 mahasiswa dari enam universitas negeri Malaysia mengungkapkan lebih dari setengah responden tidak mampu makan satu kali sehari karena tingginya biaya hidup.
Dikutip dari Asian Correspondent, Jumat (15/1), survei yang baru-baru ini dirilis itu dilakukan oleh Muslim Volunteer Malaysia Association. Lebih dari 50 persen responden tidak bisa membeli makanan seharga MYR5 atau setara 1,14 dolar AS untuk satu kali makan.
Sekitar 44 persen mengatakan mereka hanya makan nasi dengan telur. Sedangkan 41 persen mengatakan mereka hanya mampu membeli mi instan.
The Star melaporkan, di banyak kasus, mahasiswa hanya mampu menyisihkan MYR1,50 atau 34 sen dolar AS sehari untuk makan. Artinya, banyak mahasiswa yang terpaksa tidak makan hingga sakit.
Organisasi di universitas bahkan melaporkan mahasiswa kerap pingsan karena mereka kelaparan saat datang ke kelas. Isu ini mendapat perhatian dari masyarakat dan media sejak surat kabar Harian Metro melaporkan seorang mahasiswa psikologi dari Universiti Kebangsaan Malaysia dibawa ke rumah sakit karena ususnya rusak akibat kurang gizi.
Mahasiswa itu hanya mampu menyisihkan MYR30 atau 6,83 dolar AS sepekan untuk makan. Banyak organisasi mahasiswa akhirnya mengadakan program untuk membantu mahasiswa yang tidak mampu makan tiga kali sehari.
Salah satu contohnya adalah Project Suspended Meals 2.0 yang digagas International Islamic University Malaysia. Dalam program ini, konsumen membeli kupon seharga 46 sen dolar AS dan 91 sen dolar AS. Kupon ini akan diberikan pada mahasiswa yang kelaparan untuk membeli makan.