REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Guna menggalang kekuatan demi menjaga keamanan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) pascaaksi terorisme di Jakarta, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengumpulkan organisasi masyarakat (Ormas) Islam yang ada di Sulsel.
Bukan di kantor Gubernur, Syahrul justru mengajak perwakilan ormas Islam ini untuk ngopi di kafe Starbucks yang terdapat di salah satu mall Makassar.
Adapun organisasi keagamaan yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Wahdah Islamiyah, Dewan Masjid Indonesia (DMI), Forum Komunikasi Islam Indonesia (FKII), dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).
Selain itu, hadir pula Forum Umat Islam (FUI), Front Pembela Islam (FPI), Majelis Intelektual Ulama Muslim Indonesia (MIUMI), BKPRMI, Pemuda Muhammadiyah, FKUB, As Sunnah, serta An Natsir.
Dalam pertemuan Syahrul mengatakan, konsolidasi ini bukan pertemuan formal. Namun, untuk menegaskan agar tidak perlu ada kecemasan, ketakutan, keragu-raguan, apalagi saling curiga.
"Pasca tragedi bom di Jakarta kemarin, semua daerah ketakutan seolah-olah menunggu giliran," kata Syahrul, Jumat (15/1).
Syahrul mengingatkan agar seluruh tokoh agama berperan untuk mencegah terorisme masuk di Sulsel. Apapun paham dan pandangan yang diyakini, semua elemen masyarakat harus bersama-sama menjaga Sulsel tetap kondusif.
"Perekonomian kita paling bagus di Indonesia. Hari ini kita hadir sama-sama, di tempat yang menurut orang paling ngeri. Saya yakin, semua agama tidak membenarkan pembunuhan," ujarnya.
Syahrul pun mengingatkan, jika terjadi kekuatiran dan ketakutan secara massif, akan mempengaruhi banyak hal, termasuk ekonomi. Jika ekonomi Sulsel terjun bebas, maka kehidupan rakyat akan terancam.
"Keamanan, kedamaian, ketentraman, keteraturan hal yang penting. Jangan ada egoisme atas nama paham, pandangan yang bisa merusak semua. Sulsel aman, dan mari kita jaga bersama," terangnya.
Sementara, perwakilan Ormas Islam An Nasir, Ustads Lukman mengatakan, Islam tidak pernah mengajarkan mencaci, membunuh, atau terorisme. Islam merupakan agama yang menjadikan kebersamaan adalah hal utama.
"Yang salah adalah mereka yang mengartikan Al-quran dalam cara yang salah. Sehingga sudah dipastikan orang yang melakukan pengeboman bukanlah orang Islam," ujar Ustadz Lukman.
Komandan Kodim 1408 BS Kolonel Oktavianus Rotty meminta agar seluruh masyarakat termasuk ormas yang berada di setiap daerah meninjau dan mencari tahu jika ada warga baru yang mencurigakan. Agar mereka diketahui alasan menempati suatu daerah, sehingga tidak ada kecolongan dalam pengamanan ini.
"Ini menjadi cara kita melakukan pengamanan. Pokoknya kalau ada orang baru tolong ditanyakan maksud mereka untuk menetap," papar Jefry.