REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof Dr Mudjia Rahardjo mengungkapkan, pemboman di Komplek Bisnis Sarinah, Kamis (14/1) membuktikan Indonesia telah menjadi tempat bersarangnya teroris.
''Saya menghimbau umat Islam jangan terprovokasi aksi teror yang biadab itu, sebab biasanya pascateror, diikuti isu-isu saling curiga dan ujungnya memecah belah persatuan,'' ungkap Prof Mudjia kepada Republika.co.id, Jumat (15/1).
Menurut Prof Mudjia, jika mengikuti pemberitaan media dan sudah ada pihak yang mengaku berada di balik peristiwa tersebut, yakni jaringan ISIS, maka Islam yang mulia, sangat dirugikan, karena menggunakan kata Islam.
''Ajaran Islam tidak begitu. Ini yang perlu diwaspadai. ISIS mengaku sebagai organisasi yang berjuang untuk Islam, tapi itu hanya sebagai kedok yang justru merusak citra dan ajaran Islam,'' kata Prof Mudjia menegaskan.
Lantas, apa yang perlu dilakukan oleh umat Islam menanggapi aksi pemboman yang sangat biadab tersebut? Menurut Prof Mudjia, lembaga-lembaga pendidikan Islam harus diperkuat, baik yang formal mau pun yang non-formal untuk kembali ke ajaran Islam yang benar.
''Para ulama harus turun ke masyarakat untuk tidak henti-hentinya mengajak masyarakat ke ajaran Islam yang benar,'' papar Prof Mudjia menjelaskan.
Para alim dan ulama, sambung Mudjia, jangan hanya berseminar di hotel-hotel mewah, ''Tapi justru harus memperkuat pondok-pondok pesantren,'' ajak Prof Mudjia penuh semangat.
Dalam pandangan cendekiawan Mudjia Rahardjo, teroris bukanlah pecinta agama, sebab pecinta agama cirinya juga mencintai alam dunia ini dengan seluruh isinya dan tidak melakukan kerusakan di muka bumi.