REPUBLIKA.CO.ID, PATI — Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Puti Guntur Soekarno mengingatkan bahwa tantangan marhaenisme lebih komplek. Untuk itu perlu kaum marhaen di Indonesia membutuhkan perlindungan serius.
"Tantangan marhaenisme lebih kompleks saat ini, harus ada penyesuaian format dan bentuk massa aksi gerakan, model-model ekonomi solidaritas misalnya tumbuh dimana-mana, koperasi kian digandrungi rakyat, ini pertanda massa marhaen menginginkan perubahan,” kata Puti, dalam siaran pers yang diterima republika.co.id Sabtu (16/1).
Pernyataan ini disampaikan dalam acara 'Temu Kangen dan Ulang Tahun Keluarga Besar Marhaenis Se-Eks Karesidenan Pati Jawa Tengah’. Hadir di acara ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Dewan Pimpinan Kabupaten Keluarga Besar Marhaen se Jateng, Muspida Kabupaten Pati dan kader-kader senior Marhaenis Kab Pati,
Dijelaskannya, Bung Karno memperkenalkan ideologi perjuangan untuk membebaskan rakyat kecil (marhaen) dengan sebutan marhaenisme. Marhaenisme sebagai ideologi dan teori perjuangan berisi sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Teori perjuangan ini secara diametral mengoposisi eksploitasi kapitalisme dan imperialisme yang memiskinkan marhaen dan menjadi benalu bagi kejayaan Indonesia.
Demokrasi sosial di Indonesia, menurut dia, sulit diwujudkan tanpa adanya kader-kader yang memiliki nasionalisme yang memperjuangkan nasibnya rakyat kecil, nasionalisme bervisi sosial menjadi faktor penting terwujudnya demokrasi sosial, yaitu demokrasi di wilayah politik dan demokrasi ekonomi.
Lebih lanjut Puti mengingatkan dengan tantangan marhaenisme yang makin berat, kaum marhaen atau masyarakat kecil membutuhkan perlindungan serius. Untuk itu pejuang kaum marhaen perlu melakukan think and rethinking dan shape and reshaping gerakan.