REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan bom di kawasan Sarinah, Kamis (14/1) lalu, dinilai sebagai aksi untuk melakukan eksistensi kepada dunia oleh kelompok yang diduga berafiliasi dengan gerakan ISIS.
Hal ini dinilai dari pola serangan yang hanya mengincar beberapa pihak tertentu yakni kedai kopi yang berasal dari Amerika dan pos polisi.
Hal itu diungkapkan pengamat intelijen Prayitno Ramelan yang mengatakan pelaku teror diketahui tidak melakukan tembakan membabi buta kepada kerumunan masyarakat di sekitar.
Pelaku justru menembak petugas kepolisian yang berada di lokasi usai bom di pos polisi diledakkan. "Targetnya selain Starbuck ini yang simbol asing, juga polisi yang mereka nggak sukai," kata Prayitno saat dihubungi, Ahad (17/1).
Menurutnya, itu sebagai wujud eksistensi mereka untuk merebut perhatian dunia. "Bom simbol asing dan pos polisi menarik, kan yang ditembak di Starbuck itu juga orang Kanada," katanya menjelaskan.
Selain itu, ia juga mengatakan, tujuan serangan kepada polisi lantaran kepolisian dinilai sebagai pihak yang paling memerangi kelompok tersebut. Hal ini yang kemudian menjadikan polisi target setelah simbol-simbol asing.
"Target utama memang simbol asing, bisa orang bisa tempat, kedua baru polisi, karena menurut mereka musuh utama di Indonesia itu polisi," ungkap purnawirawan TNI AU tersebut.
Namun ia menegaskan, tujuan serangan bom Sarinah tersebut untuk menunjukkan ke masyarakat dunia, juga kelompok ISIS di luar Indonesia. "Jadi ini di Indonesia juga ada jaringannya (ISIS)," kata dia menerangkan.