REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan menilai penurunan suku bunga deposito cukup sulit dengan kondisi likuiditas masih ketat meskipun Bank Indonesia melakukan pelonggaran kebijakan monenter. BI telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) pekan lalu.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja, mengatakan, penurunan BI rate menjadi sinyal perbankan untuk menurunkan bunga deposito ke depan. Bank akan melihat kecukupan likuiditas sebagai pertimbangan untuk menurunkan bunga deposito. Jika bunga deposito sudah turun, lanjutnya, bank akan lebih mudah menurunkan bunga kredit.
"Karena likuiditas kita makin ketat, LDR kita dari 78 persen naik ke 81 persen, itu likuiditas makin ketat. Industri juga masih 90 persen, kalo BI rate turun tapi likuiditas masih ketat bunga agak susah turun," kata Jahja kepada wartawan di Jakarta, Jumat (15/1).
Jahja menyebutkan, suku bunga deposito BCA saat ini cukup rendah jika dibandingkan dengan bank umum lainnya. Suku bunga deposito BCA di kisaran 5,25-5,75 persen.
Oleh sebab itu, BCA masih akan melihat kecukupan likuiditas untuk menurunkan suku bunga deposito. Jika masih ketat, BCA tidak berani menurunkan bunga deposito. Sebab, bank lain masih ada yang suku bunga deposito sebesar 9 persen. Tahun lalu, BCA sudah menurunkan bunga deposito sebanyak delapan kali secara bertahap masing-masing 25 basis poin.
"Kalau saya turunin lagi kabur dananya. Bank lain masih ada yang 8 persen. Kalau mereka sudah turun juga mungkin kita bisa turun lagi," ucapnya.
Baca juga: Waspada! Pembobol Rekening Bank Gunakan Modus SIM Card Rusak