REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sepanjang 2015, ekspor mebel rotan Cirebon mengalami penurunan dibandingkan 2014.
Para pengusaha mebel rotan Cirebon pun gencar mengadakan pameran ke luar negeri untuk meningkatkan kembali nilai ekspor.
Berdasarkan Data Penerbitan LS Cirebon Periode Januari - Desember 2015, total kontainer ekspor mebel rotan mencapai 8.292 kontainer. Adapun nilainya mencapai 110.710.514,88 dolar Amerika.
Angka itu mengalami penurunan dibandingkan 2014. Berdasarkan Data Penerbitan LS Cirebon Periode Januari - Desember 2014, total kontainer ekspor mebel rotan mencapai 9.704 kontainer. Adapun nilainya mencapai 117.801.207,14 dolar Amerika.
''Ya ada penurunan,'' ujar Kepala Bidang Promosi Lokal DPD Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Cirebon Raya, Muhammad Akbar kepada Republika, Senin (18/1).
Akbar mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab penurunan ekspor tersebut. Namun, sebagian besar perusahaan mebel rotan mengalami sepi pesanan, terutama pada bulan-bulan akhir 2015.
Pada November 2015, ekspor mebel rotan hanya 323 kontainer dan Desember 2015 mencapai 579 kontainer. Hal itu berbeda dengan Januari - Juni 2015, yang mencapai lebih dari 700 kontainer hingga 900 kontainer.
Seperti diketahui, ekspor mebel rotan dari Cirebon selama ini laris manis di berbagai negara. Bahkan, sebelum 2005, ekspor mebel rotan Cirebon mencapai 3.000 - 5.000 kontainer per bulan.
Namun, mebel rotan Cirebon kemudian jatuh ketika pemerintah membuka keran ekspor bahan mentah rotan pada 2005 melalui Permendag Nomor 12/M-DAG/PER/6/2015. Beruntung, Menteri Perdagangan yang kala itu dijabat Gita Wiryawan, menutup keran ekspor bahan mentah rotan pada akhir 2011.
Dampaknya, industri mebel rotan Cirebon kembali menggeliat. Meski belum kembali ke masa kejayaannya, namun nilai ekspor rotan saat ini masih lebih baik dibandingkan periode 2005-2011.
Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai dampak MEA terhadap industri mebel rotan dari Cirebon, Akbar mengaku masih samar. Namun, dia menilai tantangannya akan lebih berat.
Akbar menyatakan, dengan adanya MEA, maka orang-orang asing akan mudah membuka perusahaan di Cirebon. Karena itu, dia meminta agar aturan mengenai pembukaan perusahaan oleh orang asing diperjelas.
''Kalau orang-orang asing buka perusahan mebel di Cirebon, ya jelas akan berdampak buruk. Competition risk akan lebih tinggi,'' tutur Akbar.
Terpisah, Ketua Masyarakat Pekerja Perajin Rotan Seluruh Indonesia (MPPRSI), Badrudin Hambali, mengaku belum memiliki data ekspor sepanjang 2015. Namun, dia mengakui nilai ekspor setiap tahunnya memiliki pola penurunan dan kenaikan.
''Kalau Juni sampai Januari biasanya naik. Sedangkan mulai Februari sampai Mei, biasanya turun,'' terang Badrudin.
Untuk mengatasi penurunan itu, lanjut Badrudin, para pengusaha mebel rotan gencar mengadakan pameran produk mebel rotan ke luar negeri. Pada pekan kemarin, sebanyak 15 pengusaha mebel rotan dari Cirebon berangkat ke Jerman untuk mengadakan pameran.
Dengan menggelar pameran, lanjut Badrudin, para pengusaha mebel rotan bisa memperkenalkan produk baru, design baru dan mencari relasi baru. Diharapkan, dengan cara itu pesanan ekspor akan kembali naik.