REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata melalui tim crisis center yang dibentuk memberikan respons cepat terhadap efek dari serangan teror yang terjadi pada Kamis (14/1) lalu, yang dapat memberikan citra buruk pariwisata Indonesia.
"Badai cepat berlalu, jika tertangani dengan cepat dan tepat," ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Senin (18/1).
Menurut Menpar, dalam suasana krisis ada tiga hal yang harus diantisipasi. Pertama adalah Emergency (E) yakni darurat, Urgency (U) dan Contingency (C) tanggap. Dalam kondisi kemarin pihaknya mengombinasikan tiga hal tersebut.
"Ada tiga tahapan tim crisis center bergerak. Pertama, tahap Emergensi. Kedua, tahap Rehabilitasi. Ketiga, tahap Normalisasi," jelas Arief.
Tahap emergency berada di tanggal kejadian, pada 14 Januari. Sedangkan dua hari setelahnya, atau di tanggal 16 Januari merupakan masa tanggap darurat.
Di masa tersebut terdapat tiga level yang lebih difokuskan.
"Pertama immediate respons, atau merespons dengan cepat. Seperti asessment on impact, apa penyebab krisis, kontak emergency respons team, bisa polisi atau lembaga ynbg terkait, lalu immediate media respons," jelas Arief.
Keterangan pers dikatakanya masuk dalam poin ketiga (immediate respons).