Senin 18 Jan 2016 23:27 WIB

Adik Pelaku Bom Sarinah: Kami Minta Maaf pada Bangsa Indonesia

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Ilham
Warga menyalakan lilin dalam aksi solidaritas korban bom di Jl. MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (16/1) malam. Aksi tersebut sebagai renungan dan refleksi masyarakat terhadap kejadian bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta (14/1/2016).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Warga menyalakan lilin dalam aksi solidaritas korban bom di Jl. MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (16/1) malam. Aksi tersebut sebagai renungan dan refleksi masyarakat terhadap kejadian bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta (14/1/2016).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- A Rahman (37 tahun) tak menyangka bakal menerima kabar buruk itu pada Kamis (14/1) lalu. Ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya, Muhammad Ali (39), masuk dalam daftar pelaku teror di Sarinah.

"Pertama kali mendengar berita itu dari TV. Jujur, saya merasa syok, kaget, sekaligus trauma, karena enggak menyangka bang Ali pelakunya," kata Rahman saat ditemui Republika.co.id di dekat kediamannya di RT 002 RW 003 Kampung Sanggrahan Kembangan, Jakarta Barat, Senin (18/1). (Polisi Tangkap 8 Orang Terkait Jaringan Teror Sarinah).

Ia menuturkan, Ali adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Sementara, Rahman sendiri berada di urutan keempat dan hanya terpaut usia 2 tahun di bawah kakaknya tersebut.

Sejak kecil, kata Rahman, Ali memang terkenal sebagai anak pendiam di keluarganya. "Abang saya itu orangnya tidak banyak ngomong dan cenderung tertutup tentang hal-hal yang bersifat pribadi," kata Rahman. (Pelaku Teror Sarinah Kehilangan Lapangan Bermain Bola).

Sepanjang pengetahuannya, Ali juga tidak memiliki pemahaman tentang aktivitas dunia maya. "Boro-boro dibilang menerima ajaran radikal dari internet, cara menggunakan internet pun dia enggak ngerti," kata Rahman.

Soal pergaulan Ali, Rahman mengatakan, teman-teman kakaknya kebanyakan berasal dari kalangan satu profesinya sesama supir angkot. Rahman pun tidak pernah mendengar sebelumnya jika Ali pernah bergaul dengan orang-orang berpaham radikal.

"Terlepas dari itu semua, jika memang benar abang saya terlibat sebagai pelaku dalam insiden penyerangan Sarinah, kami selaku kelurganya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh bangsa Indonesia," kata Rahman lagi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement