REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana Kepresidenan Jakarta terlihat menambah lapisan pengamanan sejak peristiwa bom Sarinah pekan lalu.
Ada empat lapis pengamanan yang harus dilewati setiap orang untuk masuk ke dalam kantor Presiden Jokowi tersebut.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung membenarkan adanya tambahan pengamanan. Namun, menurutnya, pengamanan esktra itu hanya diberlakukan jika Istana mengundang banyak tamu. Seperti hari ini saat Istana menggelar rapat koordinasi nasional yang dihadiri ratusan undangan.
"Kalau mengundang tamu dari luar yang jumlahnya 100 sampai 200 orang memang ada pengamanan tambahan," tutur Pramono di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (18/1).
Namun begitu, dia membantah adanya tambahan personel keamanan itu lantaran Istana sudah tak aman. Menurut Pramono, hal itu memang sudah prosedur tetap dari pasukan pengamanan presiden (Paspampres).
Berdasarkan pengamatan Republika, tambahan pengamanan itu berupa dua metal detector yang dipasang di halaman samping Istana Negara. Metal detector dijaga oleh dua orang tentara yang menenteng senjata jenis MP5SD dan pistol jenis FN.
Dengan adanya tambahan pengamanan tersebut, setiap tamu yang datang harus melewati empat lapis pengamanan. Tiap lapis terdiri dari metal detector dan dijaga ketat oleh tentara bersenjata lengkap.
Sebelum teror terjadi, Istana hanya memberlakukan tiga lapis pengamanan bagi tamu untuk dapat masuk ke lingkaran kepresidenan.
Itu pun biasanya hanya dijaga oleh pasukan pengamanan presiden (Paspampres) yang berseragam batik. Namun, kali ini jumlah personel tentara yang berjaga diperbanyak. Mereka juga berseragam lengkap dan menenteng senjata laras panjang.