Rahman mengatakan, sehari-hari Ali hanya mengemudikan angkot. Kalau sedang tidak menarik Angkot, Ali biasanya beralih menjadi tukang parkir.
Selama di rumah, kata Rahman, Ali tidak pernah membicarakan soal Starbucks atau hal semacamnya. Terlebih, terlibat jaringan negara Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS.
"Sepengetahuan saya mah enggak pernah dia bicarain soal Starbucks atau Suriah," kata Rahman.
Namun, Rahman harus menerima jika kakaknya itu benar telah melakukan teror. "Terlepas dari itu semua, jika memang benar abang saya terlibat sebagai pelaku dalam insiden penyerangan Sarinah, kami selaku keluarganya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh bangsa Indonesia," kata Rahman.